Jumat, 12 April 2013

SUATU SORE


Riiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingg....!
“Hallo?”
“Hallo. Dapatkah saya berbicara dengan Mike?”
“Ya ini aku sendiri. Ini siapa?”
“Coba tebak?”
“Kamu..................emmmmmm pasti Lyly?”
“Ya betul ini aku”. Aku tertawa senang. Aku membayangkan mata birunya bersinar. Pasti dia lagi tersenyum.
“Lyly,,,,,??? Ya Tuhan aku hampir gak percaya. Ada apa telepon?”
“Aku Cuma ingin bilang kalau aku kangen sama kamu”
“Apa!!!! Aku baru saja berpikir bahwa sesuatu buruk terjadi padamu. Dan sekarang kamu bilang kalau kamu kangen denganku. Kenapa kamu gak sms aku dan memintaku untuk telepon kamu? Kamu selalu bilang biaya telepon di sana terlalu mahal. Dan sekarang kamu hanya menghabiskan uang hanya untuk menelepon aku”
Aku tersenyum. Sekarang aku membayangkan mata birunya sedang melotot seperti saat dia lakukan saat dia marah.
“Iya benar aku tidak bisa menahan rasa ini. Tahukah kamu aku ingin mendengar suaramu, dan uang berapapun tidak dapat membelinya”
“Lyly.......” Suaranya seperti putus asa. Kemudian aku mendengarnya seperti tertawa.
“Oh baiklah. Sangat menyenangkan memang mendengarkan suaramu. Kamu harus lebih sering menelponku mengatakan apa yang terjadi di sana”
“Baik. Indonesia juga merindukanmu. Kamu bagaimana di sana? Apa matamu masih biru?”
“Hahahahah. Iya mataku seperti yang dulu. Seperti yang kamu suka. Dan rambutku masih merah juga, singkatnya semuannya baik-baik saja. Aku sungguh merindukanmu. Kamu belum membalas suratku”
“Iya memang aku belum membalasnya. Aku sibuk di sini. Maklum jadi mahasiswa kedokteran itu tidak mudah, banyak tugas pula”
“Aku tahu di sini pun juga sama”
Kita sama-sama diam. Aku membayangkan dia menggaruk rambutnya yang merah dan halus itu. Dia selalu melakukan hal itu saat dia binggung mau bicara apa.
“Ngomong-ngomong ceritakan padaku tentang cowok yang jalan sama kamu” Akhirnya dia bertanya.
“Yang mana?” Aku balik bertanya dan tertawa. “Tidak aku hanya bercanda. Maksudmu Denny? Aku sudah tidak jalan dengannya lagi. Aku memutuskan untuk tidak bersamanya sebelum semuanya di luar kendali”
“Diluar kendali, maksudnya gimana? Apa dia menyakitimu”
“Kenyataannya iya. Kamu tahu dia tidak pernah mau menjalin hubungan serius dengan ku. Dia hanya ingin cewek yang mau diajak keluar. Bisa dikatakan hubungan tanpa status. Dan itu bukan yang aku inginkan dari sebuah hubungan. Jadi saat aku menyadarinya, aku meminta dia untuk meninggalkanku”
“Ohhhhhhhhh gitu ya”
“Emmmmmm, sebenarnya tidak. Butuh waktu yang panjang untuk memutuskannya. Dan pada saat aku melakukan hal itu, aku sedikit sakit hati. Rasanya sama halnya kehilangan satu teman baik. Kamu pasti tahulah apa maksudku”
“Gak lebih?”
“Maksudmu apa gak lebih? Ini sungguh cukup buruk untukku. Tapi aku gak menangis sepanjang malam, atau menghabiskan banyak waktu untuk menyesalinya, jika itu yang kamu maksud. Aku tidak melakukan sesuatu hal yang pernah aku lakukan ketika putus dengan mu. PUASSSSSSSSS?”
Beberapa saat kemudian dia diam. Kemudian dia bertanya lembut.
“Apa kamu sesakit itu saat kita putus?”
“Iya. Aku menghela nafas panjang lalu meneruskan. Gmana degan kamu? Ceritakan cewek yang jalan denganmu. Billy bilang dia cewek yang baik, dan kalian jalan sudah cukup lama”
Mike tertawa. “Billy cerita kayak gitukah? Dia itu gak tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi”
“Jadi fakta yang sebenarnya bagaimana Mike?”
“Billy memang benar. Stecy memang seorang cewek yang baik. Tapi kenyataannya dia bukan kamu”
“Tentu saja dia bukan aku. Memang apa yang kamu harapkan darinya?” Aku tertawa.
“Tidak. Maksudku dia terlalu agresif untukku. Menurutku satu-satunya alasan dia mau jalan denganku karena aku ketua tim basket. Kamu ngertikan maksudku?”
“Iya”
“Gini looo, dia itu suka sama aku karena ada sesuatu, bukan apa adanya. Tapi ada apanya. Dan lagi alasan aku mau jalan sama dia karena dia cewek Australia. Jadi orang tuaku tak akan mempermasahkan tentang dia”
Aku tidak menjawab apapun.
“Lyly apa kamu masih di sana?”
“Iya”
“Stecy itu bukan tipeku. Selama ini aku berharap kita bisa sama-sama terus. Tapi kenyataanya tidak”
“Sebelumnya kenapa kamu tidak pernah cerita tentang ini?”
“Karena aku pikir kamu sudah nyaman dengan gebetan-gebetanmu. Aku tidak mau menggangu kamu. Tapi sekarang aku tahu kalau kamu tidak bahagia. Jadi apa ada kesempatan lagi buat kita balikan?”
“Aku gak tahu. Memang ada ya? Mike dengar, kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya. Dan kita berdua sepakat kita akan tetap jadi sahabat selamanya. Tidak lebih. Ingat dan ini bukan yang aku harapkan, tadinya aku hanya ingin telepon kamu. Aku cerita masalahku ke kamu. Dan kamu akan menasehatiku”
Mike tertawa. “Hahahahaha”
“Apa kamu mengharapkanku dengan berkata demikian?”
Aku tertawa juga. “Hahahahah”
“Baiklah. Itu bukan kamu. Aku cuma gak mau kita bahas ini lagi”
“Aku juga gak mau, tapi saat dua orang menyadari bahwa mereka berdua gak bahagia dan mereka masih saling cinta. Menurutmu apa yang harus dilakukan?”
“Mike tolong jangan mikir aku gak mau balikan denganmu. Tapi aku Cuma gak siap menentang orang tuaku lagi. Dan aku gak mau terluka oleh keadaan, keadaan yang seperti dulu lagi”
“Apa orang tuamu masih berprinsip bahwa kamu tidak boleh pacaran dengan seorang bule?”
“Iya. Dan orang tuamu sendiri pasti menganggap bahwa orang Asia itu miskin harta, miskin budaya. Dan dari kalangan terbawah.”
“Kenyataannya memang iya. Memang susah merubah pendapat seseorang yang mereka percayai”
“Ceritakan padaku tentang itu. Selama lebih dari tiga tahun, aku sudah meyakinkan mereka bahwa kamu bukan seperti cowok yang mereka pikirkan. Tapi tahukah kamu kalau mereka tak pernah berubah”
“Iya kamu benar” Suaranya begitu terluka dan lemah. Aku membayangkan mata birunya. Rambut merahnya, dan caranya tersenyum. Dan wajahnya yang sangat imut. Dan aku mengingat di mana saat kita bersama dulu. Lalu tiba-tiba aku menangis.
“Heiiiiii jangan menangis sayang. Aku gak ada maksud untuk menyakitimu. Maafkan aku”
“Ini bukan salahmu Mike. Ini salahku. Aku tidak cukup berani untuk mengambil risiko agar kita bersama. Maaf”
“Lyly, ingatkah apa yang kita bicarakan dulu? Gak ada yang bisa memisahkan kita. Setelah kita lulus, kamu jadi dokter dan aku akan jadi arsitek. Ingatkan kamu? Setelah itu kita akan menikah lalu pergi dari orang tua kita masing-masing”
“Iya itu masih beberapa tahun lagi. Dan mungkin kamu akan lupa dengan semua itu”
“Hahahahah. Aku janji tidak akan lupa. Aku akan membuat tato namamu di tanganku. Dan aku akan menyebut namamu sepuluh kali sebelum dan sesudah setiap kali aku melakukan sesuatu”
“Mike jangan gila. Kamu membuatku menangis”
“OK aku akan diam. Mending sekarang kamu tutup saja telponnya. Pasti biayanya mahal”
Aku tertawa. “Kamu benar. Kita sudahi saja. Ini sudah waktunya pamitan ya?”
“Sekali lagi aku sangat mencintaimu Beby-doll”
Air mataku menetes lagi. “ Aku juga mencintaimu Sweetie-Pie. Jaga dirimu baik-baik ya”
“Iya. Kamu juga”
“Iya pasti. Eh Mike?”
“Iya?”
“Aku cuma berharap yang terbaik untuk kita”
Dia diam beberapa saat. Lalu menjawab dengan pelan dan lembut. “Iya”
“Baik. Bay Mickey”
“Bay honey”
KLIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar