Minggu, 07 April 2013

ANALISIS PUISI DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL




1.      PERBEDAAN PUISI DENGAN PROSA

Puisi
Prosa
Melibatkan perasaan
Melibatkan pikiran
Bahasa yang digunakan terikat
Bahasa yang digunakan tidak terikat
Adanya unsur-unsur bunyi yang mengikat
Tidak adanya unsur-unsur bunyi yang mengikat
Terdiri dari kesatuan yang disebut baris sajak
Berbentuk wacana, atau paragraph-paragraf
Pencurahan jiwa yang padat
Bersifat naratif, informatif
Menyatakan suatu yang langsung
Tidak langsung

  1. PENGGALAN PUISI
A.    Laksana bintang berkilat cahaya,
Di atas langit hitam kelam,
Sinar berkilau cahaya matamu,
Menembus aku ke jiwa dalam
(Sebagai Dahulu, Aoh Kartahadimadja)
a)      Citraan yang dominan
Citraan yang dominan dalam penggalan puisi di atas yaitu jenis citraan visual. Dapat dibuktikan pada baris pertama, kedua, dan ketiga. Laksana bintang berkilat cahaya, pada baris pertama ini telah terlihat bahwa adanya citra penglihatan, karena seseorang mengetahui bintang itu berkilat cahayanya dengan cara melihat. Begitu pula dengan Di atas langit hitam kelam, dan Sinar berkilau cahaya matamu, terlihat jelas bahwa itu citraan visual. Seseorang bisa mengatakan di atas sana langit hitam kelam dengan cara melihat. Seseorang bisa mengetahui cahaya yang berkilau di mata seseorang juga karena melihat.
b)      Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan pada penggalan puisi di atas yaitu majas perbandingan berjenis simile  dan personifikasi. Pada baris pertama yang berbunyi Laksana bintang berkilat cahaya, merupakan majas simile karena ditandai dengan adanya kata laksana. Selain itu, pada baris keempat dan kelima yang berbunyi Sinar berkilau cahaya matamu, Menembus aku ke jiwa dalam, kata sinar berkilau seolah-olah hidup dan dapat menembus jiwa seseorang padahal sinar merupakan benda mati yang hanya bisa dilihat, tetapi tidak bisa dipegang, sedangkan berkilau merupakan kata sifat.

c)      Diksi
Dalam penggalan puisi di atas kata jiwa dalam pada baris ke keempat yang berbunyi Menembus aku ke jiwa dalam dimunculkan oleh penyair di akhir yang berkedudukan sebagai keterangan tempat. Hal ini berhubungan dengan pilihan kata yang digunakan oleh penyair untuk memberikan kekuatan makna dan keindahan dalam puisinya Dalam potongan bait di atas, pengarang ingin menunjukkan bahwa jiwa dalam yang dilukiskan dalam puisi tersebut menunjukkan tempat berlabuhnya perasaan seseorang di dalam jiwa  yang paling dalam. Selain itu, susunan dalam larik tersebut pun bisa diubah, misalnya dengan menaruh kata jiwa dibelakang, tetapi hal itu menjadikan puisi tersebut kehilangan makna aslinya, karena yang ingin ditekankan maknanya adalah jiwa dalam yang menunjukkan suatu tempat. Tempat yang dimaksud bukan hanya di dalam jiwa saja, tetapi tempat yang menunjukkan bagian jiwa yang paling dalam.

d)     Feeling dan tone
Feeling dalam penggalan puisi tersebut menggambarkan penyair ingin mengungkapkan perasaannya melalui pilihan kata yang bermakna, sedangkan tone yaitu penyair tidak hanya menyampaikan perasaannya saja, tetapi penyair ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa dia sedang jatuh cinta pada seseorang.
e)      Pokok persoalan
Pokok persoalan dalam penggalan puisi di atas yaitu masalah percintaan antara seorang laki-laki yang sedang gundah dan akhirnya kegundahaannya sirna ketika melihat seorang perempuan yang memancarkan aura ketenangan, keteduhan, bahkan keindahan yang terpancar dari matanya di dalam diri laki-laki tersebut yang membuat laki-laki itu jatuh cinta yang terbukti pada baris ketiga dan kelima, baris pertama membuktikan aura ketenangan pada diri seseorang, sedangkan baris yang kedua membuktikan adanya kegundahan yang dialami seseorang.

B.     Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(Nyanyian Suto untuk Fatima, Rendra)
a)      Citraan yang dominan
Citraan yang dominan pada penggalan puisi diatas yaitu jenis citra visual dan penciuman. Pada baris pertama dan kedua merupakan citra visual. Dua puluh tiga matahari Bangkit dari pundakmu, dari baris itu terlihat bahwa seseorang mengetahui dua puluh tiga matahari bangkit dari undak seseorang karena adanya penglihatan. Berbeda dengan Tubuhmu menguapkan bau tanah, baris tersebut menunjukkan citra penciuman karena adanya kata menguapkan bau.
b)      Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan yaitu majas personifikasi yang terbukti pada baris pertama Dua puluh tiga matahari, dan baris kedua Bangkit dari pundakmu. Matahari pada baris tersebut seolah-olah merupakan benda hidup, padahal faktanya matahari merupakan benda mati dan mustahil dapat bangkit dari pundak seseorang.
c)      Diksi
Dalam penggalan puisi di atas, alasan penyair memilih kata pundakmu karena adanya makna tertentu yang ingin disampaikan dan tidak bisa digantikan dengan organ tubuh yang lain. Pundak memiliki makna yang kuat dalam islam, yaitu sebagai tempat pencatatan amal baik dan buruk oleh malaikat yang kelak akan dipetik seseorang di akhirat. Hubungannya dengan Dua puluh tiga matahari, yaitu penyair ingin menyampaikan pesan bahwa di padang mahsar kelak matahari akan sedekat dengan manusia yang berjarak 2 mil, sehingga suhunya sangat panas dan akan membakar tubuh seseorang. Hanya amal baik yang dicatat di pundak sebelah kanan, yang dapat menolong seseorang kelak di padang mahsar, sebaliknya catatan buruk di pundak sebelah kiri akan menjerumuskan seseorang ke dalam sengatan matahari yang begitu panasnya.

d)     Feling dan tone
        Feeling dalam penggalan puisi tersebut menggambarkan bahwa penyair menggungkapkan perasaannya dengan penuh makna  melalui pilihan kata matahari dan pundak yang menunjukkan adanya keterkaitan antar keduanya. Tone pada penggalan puisi di atas yaitu penyair tidak hanya menunjukan panasnya betapa panasnya matahari ketika di padang masyar yang diibaratkan dua puluh tiga kali panas dunia, tetapi penyair juga ingin menyampaikan pesan agama kepada pembaca bahwa kelak amal baik dan buruk akan dipetiknya saat di akhirat.
e)      Pokok persoalan
           Pokok persoalan dalam penggalang puisi di atas yaitu membahas tentang kematian tepatnya di tempat padang masyar yaitu sebuah tempat berkumpulnya roh ketika hari pembangkitan di akhirat.  Saat itu tiba, matahari berjarak 2 mil dari kepala manusia, sehingga penyair ingin memberikan pesan bahwa apabila ingin selamat dari panasnya matahari saat itu, mereka harus melakukan amal baik yang akan dicatat malaikat, begitu pula dengan amal buruk yang akan membinasakan seseorang kelak dan penyair mengibaratkan bahwa panasnya matahari di padang masyar, dua puluh tiga kali panas matahari ketika di dunia.
C.     Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari benerang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak
(Senja di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
a)      Citraan yang dominan
  Citraan yang dominan pada penggalan puisi di atas yaitu visual yang terbukti pada baris pertama pada syair Ada juga kelepak elang, pada baris ketiga dan keempat yang melibatkan indera penglihatan. Selain itu, juga terdapat citra auditif yang terbukti pada syair desir hari lari benerang yaitu adanya suara desiran, dan juga citraan kinestetik yang terbukti pada kata lari yang merupakan aktifitas, sedangkan kata benerang melibatkan indera penglihatan.

b)      Gaya bahasa
     Gaya bahasa pada penggalan puisi di atas yaitu majas personifikasi. Kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang, dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Penyair seolah-olah menghidupkan juga kelepak elang yang mampu menyinggung perasaan orang yang sedang muram. Hari pun dikatakan penyair seakan berlari dan berenang menjauhi dia, sehingga dia tidak bisa memutar balik waktu itu. Dia juga berusaha menidurkan tanar dan air sehingga merasa dalamlah kebekuan hati seseorang yang digambarkan. Semuanya ini menyebabkan hanya sendu yang bisa dia peluk bukan orangnya.
c)      Diksi
  Pilihan kata dalam puisi ini terlihat biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi arti katanya bukan arti yang sebenarnya. Walaupun dengan kata-kata yang biasa tapi Chairil memberikannya sebaagai kata-kata yang mengandung makna konotasi. Seperti kata gudang, rumah tua pada cerita, tiang serta temali, mempercaya mau berpaut kata-kata ini bermakna sebuah kedukaan. Bagi penyair gudang dan rumah tua dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna seperti dirinya yang dianggap tiada berguna lagi. Kata ”mempercaya mau berpaut” itu sebenarnya juga berarti harapan Chairil akan kekasihnya.
Pilihan kata seperti kelam dan muram juga memberi kesan pada makna kesedihan yang dirasakan. Kata menemu bujuk pangkal akanan juaga merupakan harapan penyair. Sedangkan kata tanah dan air yang tidur juga menyatakan suatu kebekuan.
Chairil mampu mengolah pilihan katanya sebaik mungkin walaupun dengan bahasa percakapan tapi mampu menghadirkan makna yang dalam. Hanya ada satu kata yang tidak biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu akanan.
d)     Feeling dan tone
   Feeling pada penggalan puisi di atas yaitu merupakan luapan hati penyair yang sedih setelah orang yang dicintainya tidak lagi besamanya. Hal itu membuat penyair terpukul, sehingga ia hanya bisa meratapi nasibnya. tone ada penggalan puisi di atas yaitu penyair tidak hanya melukiskan luapan hatinya, tetapi penyair juga ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa tidak selamanya diri penyair bisa menjadi orang yang tegar dan selalu optimis pada segala hal. Akan tetapi penyair juga bisa merasakan kesedihan yang dalam, sehingga pembaca seakan-akan ikut terbawa di dalamnya.
e)      Pokok persoalan
           Pokok persoalan dalam penggalan puisi di atas yaitu kesedihan karena kegagalan cinta yang dirasakan penyair, terbukti adanya kata kelam, muram pada syair tersebut yang menandakan bahwa penyair sedih karena cintanya yang kandas.
D.    Betsyku bersih dan putih sekali
Lunak dan halus bagaikan karet busa
Rambutnya merah tergerai
Bagai berkas benang-benang rayon warna emas
Dan kakinya sempurna Singsat dan licin Bagaikan ikan salmon
(Rick dari Corona, Rendra)
a)      Citraan yang dominan
       Citraan yang dominan pada penggalan puisi di atas yaitu jenis citraan visual yang terbukti pada baris pertama, ketiga, keempat, dan kelima. Kata bersih dan putih pada baris pertama menandakan adanya indera penglihatan, begitu pula dengan baris ketiga, keempat, dan kelima. Seolah-olah pembaca ikut melihat sosok seseorang yang digambarkan dalam puisi tersebut adalah seorang yang berkulit bersih, putih, berambut merah tergerai, dan kakinya kencang serta mulus.
b)      Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penyair pada penggalan puisi tersebut yaitu majas perbandingan berjenis simile yang ditandai dengan kata bagai, bagaikan, pada baris kedua, keempat, dan kelima. Selain itu, ada juga majas berjenis hiperbola yaitu terlihat pada baris kelima Dan kakinya sempurna, potongan syair itu melebih-lebihkan karena manusia tidak ada yang sempurna termasuk dalam hal organ yang dimilikinya.
c)      Diksi
Dalam penggalan puisi di atas kata Betsyku memang sengaja diletakkan penyair di awal karena merupakan sebuah nama seseorang wanita yang menjadi sorotan atau inti dari puisi tersebut atau sebagai pelaku yang dibicarakan. Ws. Rendra sangat piawai dalam mengolah kata, seperti pada kata karet busa, dan ikan salmon. Karet busa merupakan benda yang lunak, halus, elastis, empuk dan penyair mengibaratkan salah satu bagian tubuh wanita selayaknya karet busa yang halus dan lunak. Ikan salmon merupakan ikan yang mahal, mewah, bagus, dan kebanyakan hanya dibeli oleh orang yang kaya. Nah, penyair menggunakan ikan salmon karena ingin mengibaratkan seorang wanita panggilan yang dibeli oleh seorang yang mempunyai uang.
d)     Feeling dan tone
      Feelingnya yaitu penyair menunjukkan keindahan yang dimiliki seorang wanita panggilan. Tonenya yaitu penyair tidak hanya menunjukkan adanya keindahan pada diri wanita pangilan, tetapi penyair juga menunjukkan bahwa wanita panggilan dibeli oleh seorang yang mempunyai banyak uang alias tidak sembarang orang dapat membelinya.
e)      Pokok persoalan
Pokok persoalan dalam penggalan puisi di atas yaitu penyair mengungkap kisah kehidupan seorang wanita panggilan yang sering dibeli dengan harga tertentu karena memiliki keindahan dalam dirinya yang berupa kulit bersih dan putih, memiliki rambut berwarna merah alias bule, serta memiliki kaki yang indah.
E.     Tetapi istriku terus berbiak
Seperti rumput di pekarangan mereka
Seperti lumut di tembok mereka
Seperti cendawan di roti mereka
Sebab bumi hitam milik kami
Tambang intan milik kami
Gunung natal milik kami
(Afrika Selatan, Subagio Sastrowardjoyo)
a)      Citraan yang dominan
Citraan yang dominan dalam penggalan puisi tersebut yaitu jenis citraan visual yang terlihat pada baris kedua seperti rumput di pekarangan mereka, pada baris ketiga seperti lumut di tembok mereka, dan baris keempat seperti cendawan di roti mereka. Baris-baris itu menunjukkan adanya pengelihatan. Seseorang mengetahui kata rumput, lumut, dan cendawan di tempat yang berbeda karena keterlibatan indera mata.

b)      Gaya bahasa
Gaya bahasa yang terdapat pada penggalan puisi di atas yaitu majas perbandingan berjenis simile. Dapat dibuktikan dengan adanya kata seperti pada baris kedua seperti rumput di pekarangan mereka, ketiga seperti lumut di tembok mereka dan keempat seperti cendawan di roti mereka.
c)      Diksi
Penyair memilih kata berbiak ingin menggambarkan bahwa seorang wanita dalam puisi itu merasa tertekan karena kehidupannya diusik oleh ras berkulit putih. Rumput, lumut, cendawan merupakan benalu, dan ras kulit putih diibaratkan seperti benalu itu yang tidak pernah menganggap bahwa ras kulit hitam berhak hidup di daerah Afrika yang memiliki gunung natal dan tambang intan. Ras kulit putih mengangap bahwa Afrika pantas di huni oleh ras kulit putih, sehingga muncullah deskriminasi yang dialami ras berkulit hitam. Penyair sangat pandai dalam pemilihan kata yang tepat untuk menunjukkan adanya ketidak adilan yang dialami ras kulit hitam dengan menggunakan kata sehari-hari sepperti berbiak, rumput, lumut, cedawan, tetapi memiliki makna yang kuat.
d)     Feeling dan tone
Feelingnya yaitu bahwa penyair menunjukkan adanya deskriminasi ras kulit putih terhadap ras kulit hitam. Tonenya yaitu penyair tidak hanya menunjukkan adanya deskriminasi terhadap kulit hitam, tetapi penyair ingin menyampaikan bahwa bumi ini milik kita semua, entah itu ras berkulit hitam maupun ras berkulit putih, bahwa dihadapan Tuhan semuannya sama dan perlunya menghargai satu sama lain.
e)      Pokok persoalan
Pokok persoalannya yaitu adanya deskriminasi yang dilakukan oleh ras berkulit putih terhadap ras berkulit hitam. Ras putih menganggap bahwa ras kulit hitam dianggap tidak pantas menduduki wilayah Afrika.

F.      Seruling di pasir tipis, merdu
Antara gundukan pepohonan pina
Tembang menggema di dua kaki
Burangrang-Tangkubanperahu
(Tanah Kelahiran, Ramadhan KH)
a)      Citraan yang dominan
Citra yang dominan pada puisi di atas yaitu jenis citra visual yang terdapat pada syair Seruling di pasir tipis, merdu. Seseorang mengetahui adanya seruling di pasir tipis karena melihat, dan juga adanya citra auditif yang ditandai adanya kata merdu, berarti suara yang didengar. Antara gundukan pepohonan pina, syair ini juga merupakan citra visual karena adanya penglihatan, begitu pula dengan Tembang menggema di dua kaki dan Burangrang-Tangkubanperahu. Lain halnya dengan Tembang menggema, ini merupakan citra auditif  yaitu adanya suatu tembang yang mengeluarkan suara menggema dan didengar oleh seseorang.
b)      Gaya bahasa
Gaya bahasa yang terdapat pada penggalan puisi di atas yaitu majas personifikasi yang terlihat pada ketiga yang berbunyi Tembang menggema di dua kaki, yaitu kaki tidak bisa mengeluarkan suara dengan cara hentakan, tetapi kaki tidak bisa menembang.
c)      Diksi
Pilihan katanya sulit dipahami oleh pembaca seperti pada kata di pasir tipis yang menunjukkan makna yang tersembunyi.
d)     Feeling dan tone
Feelingnya yaitu bahwa penyair menunjukkan keindahan Burangrang Tangkubanperahu, sedangkan tonenya penyair tidak hanya ingin menunjukkan keindahan di tanah kelahirannya, tetapi lebih ingin membawa pembaca turut serta merasakan keindahan di tempat tersebut.
e)      Pokok persoalan
Pokok persoalan dalam penggalan puisi di atas yaitu keindahan di tangkuban perahu.

1 komentar:

  1. terimakasih ya.... mampir jga di http://ghofar1.blogspot.com

    sama2 pecinta gomihoo hehehe

    BalasHapus