Selasa, 02 April 2013

Pendidikan Sekolah Dasar Kandang Ayam di Sulawesi Selatan


Seperti yang kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini semakin memburuk. Salah satu faktor penyebab buruknya kualitas pendidikan yaitu lemahnya sistem pendidikan. Diantaranya mencakup kualitas guru, kualitas peserta didik, sarana dan prasarana, serta lingkungan yang tidak layak sebagai tempat menuntut ilmu. Misalnya, Sekolah Dasar Kandang Ayam di Sulawesi Selatan merupakan sebuah lembaga pendidikan yang sangat memprihatinkan. Pemerintah tidak mempedulikannya apalagi memberikan  santunan dana.
Guru adalah ujung tombak dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan, dan tinggi rendahnya kualitas suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh guru. Peranan seorang guru akan membawa pada suatu tanggung jawab untuk menjalankan profesi dengan sikap profesionalisme yang tinggi. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mampu memberikan pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu menanamkan suatu nilai-nilai pendidikan dengan cara guru sebagai modelnya. Ironis rasanya jika seorang pendidik ditempatkan pada salah satu sekolah terpencil yang disebut Sekolah Dasar Kandang Ayam karena bangunannya mirip dengan sebuah kandang ayam dan awal mula berdirinya memang sebuah tempat bekas kandang ayam. Kalau dipikir bagaimanakan seorang guru dapat menjalankan tugasnya dengan profesional kalau kondisi sekolah sebagai transformasi ilmu sangat memprihatinkan? Seorang guru akan merasa kesulitan menjalankan tanggung jawabnya kalau ditempatkan pada sekolah  tersebut. Semua serba terbatas dan tidak layak, tetapi sebagai seorang pendidik patut memperjuangkan dan mencerdaskan anak bangsa, tanpa memikirkan kesejahteraan dan kenikmatan dunia semata. Pemerintah tidak memperdulikan hal itu, tetapi alangkah baiknya seorang pendidik mempunyai kepedulian dan keikhlasan terhadap anak bangsa yang nasibnya kurang beruntung.
Peningkatan kualitas pendidikan pada Sekolah Dasar Kandang Ayam selain bergantung pada kualitas guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar sekolah di Indonesia khususnya Sekolah Dasar Kandang Ayam masih sangat tidak memadai. Padahal sarana dan prasarana merupakan hal vital dalam kegiatan proses belajar dan mengajar. Sekolah Dasar Kandang Ayam hanya memiliki rak buku kotor dan rapuh yang digunakan sebagai tempat meminjam buku alias perpustakaan. Bukunya sobek dan berdebu. Ruang kelas hanya terdiri dari dua buah ruangan yaitu satu ruang kantor dan satunya lagi ruang belajar siswa. Bangku dan meja terbatas, papan tulisnya kecil. Banggunannya terdiri dari kayu dan papan, beralaskan tanah, atapnya terbuat dari jerami yang sering bocor saat hujan turun. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai, pendidikan pada Sekolah Kandang Ayam akan sulit mengalami kemajuan.
Selain guru, sarana dan prasarana, kualitas pendidikan juga bergantung pada kualitas peserta didik dan lingkungan sekitar. Jika mencari korelasi antara lingkungan sekolah yang nyaman dengan prestasi siswa di sekolah, maka didapatlah fakta bahwa proses belajar mengajar itu memerlukan ruang dan lingkungan pendukung untuk dapat membantu siswa dan guru agar dapat berkonsentrasi dalam belajar. Belajar memerlukan kondisi psikologi yang mendukung. Jika para siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan dengan kelas yang bersih, dan udara yang bersih, maka tingkat prestasi para siswa juga akan naik.
Namun, kondisi lingkungan pada Sekolah Dasar Kandang Ayam jauh dari itu. Di lingkungan sekitar masih berkeliaran ayam-ayam, sekelilingnya persawahan yang becek, bau kotoran ayam masih menyengat. Pada lingkungan seperti itu tidak menutup kemungkinan munculnya wabah penyakit yang menjadikan proses pembelajaran tidak berjalan secara maksimal. Selain itu, lingkungan yang kotor dapat menurunkan konsentrasi kerja otak sehingga prestasi belajar akan menurun juga. Lama-kelamaan siswa akan merasa bosan dan tidak nyaman dengan lingkungan sekolah yang dapat mengganggu kelancaran belajar siswa. Begitu pula dengan guru yang sedang mengajar pada saat itu akan merasa terganggu, sehinnga pelajaran yang disampaikan guru tidak akan maksimal. Siswa pun menjadi tidak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh guru. Dalam kondisi yang seperti ini, ada siswa yang malas sekolah karena merasa malu bersekolah di Sekolah Dasar Kandang Ayam. Ada pula yang mengeluh memiliki sekolah seperti itu. Ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib anak bangsa membuat para siswa, guru, di sekolah itu tetap harus menumbuhkan semangat yang tinggi pada dirinya dalam menempuh pendidikan yang tidak layak.
Masalah seperti ini tidak hanya di satu daerah saja, tetapi masih banyak lembaga pendidikan yang tidak layak di daerah-daerah terpencil yang tidak diperhatikan oleh pemerintah, yang hanya dibicarakan dan diberitakan melalui media elektronik ataupun media cetak. Tidak dapat dibayangkan pula betapa malangnya nasib anak didik bangsa kalau pimpinan negara tidak perduli dengan  lembaga pendidikan pada lingkugan yang tragis dan mengenaskan. Pemerintah khususnya presiden mempunyai kewenangan untuk mengatur kebijakan dalam menangani masalah di negara ini termasuk dalam dunia pendidikan. Pendidikan sangat mutlak dibutuhkan seseorang untuk mengubah masa depannya agar menjadi lebih baik, tetapi jika pendidikan formal ditempuh pada tempat yang kurang layak, maka sistem pendidikan tidak akan berjalan maksimal.
Jika saya menjadi seorang pendidik di Sekolah Dasar Kandang Ayam, maka saya dan pendidik yang lain akan mengusulkan beberapa proposal yang isinya meminta santunan dana dari pemerintah untuk menjadikan sekolah tersebut menjadi lebih baik. Kalau pemerintah tidak menanggapi hal itu, sebagai pendidik yang baik akan mencari alternatif lain agar sekolah tersebut menjadi layak untuk ditempati. Pendidikan tidak akan pernah maju tanpa adanya kerjasama antara guru, siswa, orang tua, dan pemerintah. Oleh karena itu, bagaimanapun caranya seorang guru dan orang tua mampu menyemangati anak didiknya untuk tetap semangat dan bertahan dalam kondisi yang tidak layak. Pemerintah seharusnya segera bertidak melihat malangnya nasib anak bangsa, bukan hanya berdiam diri padalah berita yang tersiar lembaga pendidikan mempunyai anggaran yang cukup untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang tidak layak.
Selain itu, dapat pula mencari donatur-donatur yang bersedia membantu dari segi keuangan, material, dan mengajari anak didik membuka usaha kecil menggunakan sumber daya alam yang ada disekitar sebagai modal awal untuk memajukan sekolah. Misalnya dengan membuat kue-kue sederhana dari bahan singkong, ketela, yang mudah didapat di lingkungan sekitar kemudian menjualnya. Memang rasanya itu sangat sulit untuk dilakukan, dan keuntungan yang didapat pun tidak menjamin, tetapi dengan kebersamaan dan semangat yang tinggi saya yakin semua akan berjalan sesuai dengan harapan. Dengan demikian, adanya rintihan dan keluhan sedikit demi sedikit dapat teratasi dan tidak menimbulkan keprihatinan yang mendalam untuk peserta didik, guru, maupun sekelompok orang yang berkunjung pada sekolah tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar