Rabu, 03 April 2013

Analisis Puisi W.S. Rendra


No.
Puisi
Keterangan
1.
Judul:  Puisi Doa Orang Lapar
Isi : Sebuah puisi yang berisikan tentang doa, pengaduan atau bahkan keluhan dari seorang yang miskin. Kata kami dalam puisi tersebut yaitu si miskin yang dilanda kelaparan. Kelaparan dalam puisi itu diibaratkan bagaikan burung gagak yang bersifat licik dan berwarna hitam. Hitam yang dimaksud adalah hal-hal yang jelek, kelam, dan suram. Orang zaman dulu juga mengatakan bahwa burung gagak itu lambang yang menandakan suatu yang buruk. Burung gagak yang menakutkan dan secara diam-diam hewan itu dapat melumpuhkan mangsanya. Begitu pula dengan seseorang yang mengalami kelaparan akan membuat dirinya memberontak dengan tidak sengaja dan menghalalkan segala cara termasuk melakukan hal yang keji (membunuh) agar dapat memperoleh makanan. Baris tiga belas yaitu Kelaparan adalah batu-batu karang menggambarkan penipuan, sama halnya dengan orang miskin yang kelaparan secara diam-diam mereka rela menipu dan membunuh.
              Penyair juga menggambarkan penyesalan seorang pemuda yang telah terayu dengan iblis untuk melakukan kejahatan karena ingin menghilangkan rasa laparnya.
Seorang yang miskin atau seseorang yang digambarkan dalam puisi itu menyebut nama Tuhannya yaitu Allah sebagai tanda bahwa ia berkeluh kesah. Kelaparan yang terjadi pada orang miskin dapat menjadikan seseorang lupa diri dan bersikap sama dengan hewan, diibaratkan seekor burung gagak, sehingga melanggar norma-norma agama. Kelaparan membuat manusia terbujuk akan rayuan iblis, membuat seseorang menjadi hilang kendali dari kesadarannya, sehingga mereka tidak lulus dari ujian Allah dan akhirnya terhalang masuk surga.
7 kali baca
2
Judul : Sajak Pertemuan Mahasiswa
Isi : Dalam puisi ini, W.S. Rendra berada pada posisi mendukung rakyat tertindas, menentang penguasa penindas, menentang program pendidikan yang akan melahirkan sarjana yang nantinya menjadi pemimpin yang menindas, dan menjauhkan diri dari pihak yang disebutnya sebagai pihak pendidik yang kurang berorientsi kerakyatan.
            Puisi ini berawal dari pertemuan yang terjadi antara mahasiswa dengan penyair. Rendra dan mahasiswa lain mengkritik pemimpin kampus mereka dari ketidakjelasan visi dan misi pendidikan. Kritikan itu tentang banyaknya penindasan, pengusaan yang sewenang-wenang yang diakibatkan karena visi dan misi tidak jelas. Hal itu terbukti dari adanya pemimpin yang bermaksud baik, tetapi menjadikan rakyat kecil menderita dan banyaknya terjadi kemiskinan, seperti petani yang semakin sengsara hidupnya, kehilangan tanah miliknya yang  digantikan dengan pergeseran masyarakat perkotaan yang ditandai dengan masuknya barang-barang impor. Dalam puisi ini Rendra mengajak mahasiswa agar berfikir lebih kritis tentang ilmu-ilmu yang mereka dapatkan di kampus, sehingga suatu saat apabila menjadi seorang pemimpin tidak menjadi orang yang suka menindas, melainkan menciptakan kesejahteraan. Tidak selamanya mahasiswa selalu mengikuti keinginan dari pimpinan kampus, tetapi sebagai mahasiswa harus berani menciptakan pembaharuan untuk kepentingan bersama.
10 kali baca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar