Selasa, 02 April 2013

I Am Not Stupid Too

Pada dasarnya pendidikan mutlak dibutuhkan manusia untuk pencapaian suatu tujuan yang diiginkannya. Dalam pencapaian tujuan tersebut manusia diharuskan menempuh suatu pendidikan baik secara formal maupun nonformal. Tanpa pendidikan manusia tidak dapat menggubah sikap dan tingkah laku dalam usaha mendewasakan dirinya sendiri, karena secara bahasa pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembaga formal saja, namun  pendidikan dapat diperoleh di mana saja, misalnya di lingkungan sekitar atau melalui media elektronik yang menayangkan perfilman yang bertemakan pendidikan sehingga patut dipelajari oleh seseorang. Nah, di dalam sebuah film yang berjudul “I Am Not Stupid Too”, pendidikan menurut saya sangat memprihatinkan yang dapat dilihat dari segi lembaga formal bahkah pada lingkungan keluarga peserta didik. Film tersebut menceritakan tentang cara mendidik pada lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga yang salah. Hal itu menyebabkan peserta didik menjadi seorang yang mengangap bahwa dirinya tidak berguna dan akhirnya menjadi seorang yang pemalas, suka melakukan sesuatu dengan seenaknya sendiri, bahkan sampai bergaul dengan kelompok brandalan yang membuat dirinya terlibat dalam peristiwa kriminalitas. Hal seperti itu seharusnya tidak perlu ada jika lembaga sekolah maupun lingkungan keluarga benar-benar memperhatikan kondisi psikologis seorang anak. Film tersebut telah jelas menayangkan bahwa ada dua keluarga yang mendidik buah hatinya dengan cara yang salah. Dilihat dari keluarga Tom dan Jerry yaitu mereka terlahir dari keluarga yang sangat kaya. Mereka hidup mewah dan seolah-olah tidak kurang suatu  apapun, tetapi kekayaan yang dimiliki orang tua Tom dan Jerry tidak menjamin sebuah pendidikan yang baik dan maksimal pada lingkungan keluarga tersebut. Tom dan Jerry memang berkecukupan dalam kesehariannya, namun menjadi seorang anak sangatlah membutuhkan kasih sayang, perhatian serta dukungan penuh dari kedua orang tuanya, tetapi Tom dan Jerry tidak memperolehnya. Segala sesuatu yang dilakukan Tom, selalu salah dimata kedua orang tuanya bahkan bakat yang dimiliki Tom tidak pernah dihiraukan, begitupun yang dirasakan oleh Jerry. Suatu ketika berada di ruang makan, ponsel si anak berdering, seketika itu sang ayah langsung menegur si anak jika sedang makan tidak boleh bermain-main dengan ponsel. Memang benar  hal sekecil itu perlu diajarkan pada anak, tetapi seharusnya sebagai orang tua menjadi contoh bagi anak-anaknya. Dalam film itu orang tua Tom dan Jerry melakukan hal yang sama yaitu bermain-main ponsel saat makan, entah itu penting maupun tidak. Seharusnya orang tua berprilaku adil dalam menegakkan peraturan di lingkungan keluarga. Meluangkan waktu sejenak untuk berada di rumah, itu sama halnya membuang waktu yang bernilai jutaan dollar. Kesibukan merintis karir antar keduanya menjadi suatu hal yang sangat diutamakan dari pada kondisi psokologis anak. Tom dan Jerry tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang tuanya karena alasan yang sama yaitu kesibukan. Mereka hanya dapat berkomunikasi melalui surat-surat sederhana atau tulisan kecil yang sengaja ditempel pada benda di ruang rumah, yang sekiranya tulisan tersebut dapat dibaca oleh orang tua mereka. Jika Tom dan Jerry mendapat suatu masalah, sebagai orang tua hanya bisa saling menyalahkan satu sama lain dan memarahi si anak tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan si anak. Dilihat dari lingkungan keluarga Chengcei, pendidikan sangatlah keras bahkan sungguh mengenaskan. Seorang ayah mengangap bahwa hanya dengan kekerasanlah yang bisa membuat seorang anak menjadi juara, pemikiran tersebut merupaksn sebuah pemikiran yang sempit. Dalam keluarga ini, sang ayah bisa dikatakan  memperhatikan anaknya, mencurahkan kasih sayangnya sebagai seorang ayah, tetapi semua itu dilakukannya dengan cara yang salah. Mendidik seorang anak dengan kekerasan itu akan membuat kondisi psikologis yang tidak baik, seorang anak akan tertekan dan membenci bahkan memusuhi sang ayah. Saya akui bahwa ayah Chengcei mantan narapidana, yang sejak kecil hidup dilingkungan yang keras, tetapi seharusnya dia tidak perlu menerapkan kehidupan yang penuh kekerasan pada sang anak. Begitu pula dengan lingkungan sekolah, telihat bahwa adanya pembeda antara kelas biasa dengan kelas unggulan. Siswa dari kelas bawah diperlakukan seenaknya oleh sang guru dan dianggap paling bodoh sampai terucap dua kata dari kutipan film “Apel busuk”. Sebagai seorang guru tidak patut melontarkan kata-kata seperti itu pada siswanya, hal itu akan memperburuk suasana. Siswa dari kelas unggulan mendapat perlakuan yang baik, seperti bonus nilai, bahkan hadiah akan diberikan pada siswa yang mendapat nilai baik serta adanya dukungan atau pujian yang akan membuat siswa rajin belajar. Sama-sama menjadi peserta didik seharusnya mendapat perlakuan yang sama oleh gurunya masing-masing tanpa adanya pembeda. Jika siswa melanggar aturan yang telah dibuat lembaga sekolah, maka patut hukuman itu dijalankan dengan semestinya, tetapi adanya hukuman fisik di depan umum, menurut saya tidak etis jika hukuman tersebut dilakukan. Selain menyiksa fisik siswa, hal itu akan membuat kontroversi dikalangan masyarakat. Adanya hukuman fisik tersebut tidak akan menjamin seorang siswa tidak akan melanggar peraturan sekolah. Kedisiplinan dalam lingkungan sekolah maupun keluarga memang perlu, tetapi harus melihat situasi dan kondisi. Bagaimana pendidikan bisa berjalan dengan baik, sesuai harapan bangsa dan negara jika lingkungan keluarga serta lembaga pendidikan peserta didik seperti itu? Siapa yang patut dipersalahkan dalam hal ini? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan dikembalikannya pada diri kita masing-masing, jika kita merasa bahwa pendidiakn sangatlah penting, maka kita akan menempuh hal itu dengan penuh keyakinan dan sungguh-sungguh, melihat situasi dan kondisi yang ada disekitar. Lingkungan keluarga khususnya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini. Orang tua sebisa mungkin memberikan fasilitas atau biaya, memberikan motivasi terbesar, mencurahkan kasih sayang serta perhatiannya pada sang anak, agar anak mampu memperoleh pendidikan. Selain itu peran sekolah sebagai lembaga pendidikan juga sangat penting yaitu ikut serta mengubah sikap dan tingkah laku peserta didik. Dalam hal ini harus ada kerja sama antara lingkungan keluarga, lembaga pendidikan serta peserta didik itu sendiri. Jika kedua belah pihak yaitu keluarga dan sekolah sudah berjalan, maka giliran peserta didik untuk membawa dirinya menjadi yang lebih baik dari sebelumnya dengan tidak melupakan agama sebagai pedoman hidup. Menjadi insan yang dapat membanggakan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar