Jumat, 12 April 2013

APA AKU HARUS MENANGIS?


Lely punya teman seorang penyanyi. Sebut saja namanya Gita. Gita menjadi lebih terkenal setelah merilis album terbarunya Everything I Need Is Only You. Dia kembali kuliah setelah tertinggal beberapa minggu. Lely melihatnya duduk di bangku pertama di dalam kelas jumat pagi. Dia sibuk membaca buku. Dia begitu cantik dan terkenal pintar. Dan juga mempunyai suara yang enak. Kenyataanya dia selalu juara kelas selama empat semester ini. Dia gadis yang berprestasi pada umurnya sekarang. Saat yang lain memikirkan ekonomi, tapi dia bisa membiayai kuliahnya sendiri. Dia adalah gadis yang sempurna.
Tapi untuk Lely, dia adalah musuh. Pikiran itu muncul pertama kali saat Dion bertanya tentang Gita padanya. Dion teryata adalah teman traveling Gita dari Jakarta kemarin.
*                      *                      *
“Tata itu temanmukan Lel?” Dion bertanya setelah cerita tentang perjalanannya yang menyenangkan. Paman Dion mengundangnya untuk berlibur ke Jakarta selama tiga hari. Dan saat pulang, tiba-tiba ada cewek yang pindah tempat duduk di sampingnya. Dion pikir cewek itu tidak asing.
“Hai Dion... Kamu suka baca horison?” Kata gadis itu.
“Kok dia bisa tahu aku” Kata Dion dalam hati.
“Oh iya, aku suka membacanya untuk menghabiskan waktu”
“Jadi kamu dari Jakarta ya? Bagaimana menurutmu tentang Jakarta?”
“Indah. Kamu tahukan macetnya agak bikin shock. Maklum kota besar”
“Kamu kayak turis saja”. Dia tersenyum.
“Iya. Pamanku yang menyuruhku datang ke Jakarta. Dan sekarang aku balik ke Semarang, itu semua beliau yang membayari”
“Pamanmu baik ya?”
“Iya. Eh aku boleh nanya? Aku gak tahu namamu, tapi kamu tahu namaku”
“Ya. Kamu pakai almamater universitas kita. Dan aku pernah melihatmu dengan Lely di Semarang. Aku Tata temannya Lely. Aku lihat kamu baca buku, jadi aku terpaksa mengajakmu ngobrol”
Gitulah mereka berdua dengan mudahnya menjadi teman. Dan Dion tanya tentang Gita ke Lely  di kosan Lely.
“Kita biasa memanggilnya Gita atau Tata”
*                    *                  *
Hari ini Lely tidak bisa menjelaskan perasaannya ketika melihat Gita. Dia tidak tahu kenapa harus marah pada Tata. Marah atau iri tepatnya. Dia tak punya alasan. Dia mencoba berpikir tapi hatinya sakit.
“Hai Ta?” Lely menyapa Gita sambil tersenyum manis.
“Hai. Udah lama kita gak ketemu. Gmn kabarmu cantik?” Lely pikir dia begitu tulus, kemudian dia tersenyum.
“Baik. Jadi sejak kapan kamu baca buku filsafat? Kamu jangan terlalu banyak mikir nanti rambutmu rontok dan gak cantik lagi lo” Mereka tertawa bersama.
Dalam hati Lely berkata: “Ya tuhan kita itu teman, gak mungkin akau memusuhinya”
“Dion bilang kamu itu cuek banget”
Dalam hati Lely berkata: “Dion? Dion lagi? Oh ya kita Cuma teman”
“Aku merasa dipuji” Lely tersenyum.
“Iya kadang-kadang aku merasa kamu tuh gak cuma cuek tapi kejam. Kamu inget gak pas seminar linguistik? Kamu mengekpresikan idemu tanpa peduli pendapat orang lain. Aku suka itu”
“Aku memang gak peduli. Selama aku pikir itu benar........”
“Aku akan mengambil risiko dan membuatnya benar”
*                      *                      *
            Suatu sore sebuah mobil berhenti tepat di depan kos Lely. Dion keluar, tentu saja bersama Gita. Mereka tersenyum saat melihat Lely menyiram bunga di halaman. Itulah saat di mana Lely susah untuk tersenyum.
“Ternyata teman kita masih ingat untuk nyiram bunga”
“Mau ikut kita kah?” Dion tersenyum.
“Kemana?” Susah payah dia menutupi hatinya yang cemburu.
“Kita akan bertemu penyair yang akan menjadi konsultan lirik lagu Tata. Kamu tahu Lel dia sudah nulis lagunya sendiri”
“Wowwwww. Tapi maaf aku tak bisa kemana-mana”
Gak ada orang selain aku? Apa aku cemburu ya? Hatiku cekit-cekit (kata Lely dalam hati).
“Jadi sepertinya kita harus pergi tanpa Lely Dion? Sampai ketemu lagi”
Suara Gita terdengar senang. “Sampai ketemu besok Lely”
“Iya. Semoga menikmati kencan kalian” Lely melihat mereka pergi dan dia ke dalam lalu menangis. Dan jika seseorang bisa menangis setiap hari selama semingu dia akan melakukannya. Dia tidak bisa melihat Dion dan Gita bersama-sama. Itu membuatnya depresi. Dulu dia pernah menertawakan seseorang yang patah hati. Tapi sekarang dia tahu gimana rasanya patah hati. Betapa sakitnya dan sakit, itu katanya.
“Aku harus kuat. Brengsek kamu Dion. Kamu Cuma temanku, tapi kenapa aku harus sedih gara-gara kamu keluar dengan cewek lain? Kenyataannya dia tidak pernah bilang cinta padaku, tapi kenapa aku harus cemburu melihatnya pergi dengan cewek lain”
“Lely” Suara panggilan namanya.
Upssss. Lely cepat-cepat menghapus air matanya. Semua temannya sudah pulang tapi ternyata masih ada Gita berdiri di depan pintu.
“Kamu tidak kelihatan seperti biasanya. Jangan sedih Lely”
“Ngak kok aku ngak sedih”
“Hei kita ini cewek. Kamu tidak bisa menyembunyikan perasaanmu. Ini tentang Dion kan?”
“Kok kamu bisa tahu?”
“Perasaan cewek. Aku hanya melihat wajahmu, caramu bicara dan kamu menyebut nama Dion. Itu lebih jelas dari kata-kata. Maaf Lely dia sangat berarti buatmu. Aku gak ada maksud untuk nyakitin kamu. Aku jalan sama dia kemarin karena aku hanya ingin dia menemani aku. Kenapa mereka cowok-cowok itu begitu bodoh. Susah mengerti kita sebagai cewek. Secepatnya aku akan meluruskan semuannya. Kamu tidak perlu khawatir akan kehilangan dia. Kita kan teman. Kamu gak usah sedih. Sekarang kamu harus jadi dirimu sendiri. Lely yang kuat dan pintar”
“Kamu bercanda. Aku gak sekuat yang kamu pikir. Kamu tahu kan sekarang?”
“Iya kita kan cewek itulah kenyataanya. Tapi kamu harus kuat. Terkadang menangis itu penting. Aku akan naganterin kamu pulang sekarang. Hapus air matamu, di luar banyak orang, aku ngak mau mereka melihatmu dalam keadaan seperti ini” mereka tertawa bersama-sama.
“Ngomong-ngomong kenapa kamu gak di rumah aja. Kamu kan lagi sedih, kenapa kamu maksa diri buat kuliah”
“Aku gak mikir akan sesedih ini dan menangis tanpa sadar menangis sendiri saat.....!”
“Saat mengingat Dion?”
“Iya” Lely mengakui.
“Iya aku gak tahu, Dion begitu ganteng dimatamu” Lely melihat mata gita, ada ketulusan di sana
“Apa yang kamu bicarakan Gita. Kamu malah memuji-muji Dion. Apa maksudmu?”
.........................................................................................................................................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar