Jumat, 12 April 2013

KU SIMPAN DALAM MIMPI


Suasana malam itu seperti biasa. Sepi dan dingin. Langit tampak gelap tanpa bintang karena diselimuti mendung dari tadi sore. Sungguh berbeda dengan keadaan sebuah kamar kosan yang terletak tepat di tepi jalan. Kamar itu begitu ramai karena penghuninya menyetel lagu-lagu Paramore dengan volum maksimal. Seorang cewek berambut hitam pendek tampak berantakan dengan daster tidurnya. Sesekali kepala, tangan, dan kakinya bergerak-gerak tidak jelas mengikuti irama musik.
Tepat pukul 11.00 WIB, Nokia C2-01 yang sedari tadi tergeletak di lantai bergetar menandakan ada pesan masuk. Jani, cewek itu, dengan tergopoh-gopoh dia mengambil ponselnya. Dibacanya nama yang muncul di layar. “Aaah dia… tumben?” Pikirnya dalam hati. Tanpa disadari, bibirnya membentuk sebuah lengkungan. Dia tersenyum, manis. Dengan sejuta tanya dia segera membuka pesan itu.
“Semangat belajarnya, jaga diri baik-baik!”
Begitu singkatnya pesan itu, namun sudah bisa membuat jantung Jani berdegup kencang. Otaknya berpikir keras, “Bales ngga ya? Bales ngga yaa? Kalau bales mesti bales gimana? Kalau ngga bales tapi dia nunggu balesan gimana? Aaaaaaaaak bingung!”
Jani terus mengetik, dihapus lagi, mengetik lagi, dihapus lagi, mengetik lagi, dihapus lagi, begitu berkali-kali. Dia menengok jam, sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB.” Yaudah sih, tidur aja, palingan dia juga udah tidur.”
Ditaruhnya HPnya, dia mengambil selimut dan tidur. Dibiarkannya Paramore terus bernyanyi mengisi keheningan malam itu.

***

Keesokan harinya Jani linglung, pikirannya kemana-mana. Baginya semua terlalu abu-abu, tidak jelas, blur.
“Jan, kamu kenapa sih? Kok ngga kayak biasanya.. mikirin apa?” Tanya Lia teman sekos Jani. Sedari tadi mereka berdua tiduran di kamar Lia. “Cerita deh… kali aja aku bisa bantu.” Lia menatap mata Jani, tulus.
“Apa sih, aku ngga pa-pa! Kamu lagi yang kenapa tiba-tiba nanya kayak gitu…” Jani menjawab enggan, berusaha tampak  ceria seperti biasanya.
“Jan, aku bukan anak kecil. Aku ngga bisa kamu bohongin. Cerita geh!”
Kali ini Jani tidak bisa mengelak lagi, dia cuma bisa nyengir karena Lia tahu dia berbohong.
“Ayo ceritaaaaa!” Lia memasang muka galak, tidak sabar.
“Iya iyaaaaa.. kamu tahu kan? Aku sebenernya ngga mau kayak gini terus, tapi susah Li. Aku pengennya bisa ngelupain dia, tapi pas udah mau lupa dianya dateng lagi. Kita deket kayak.. kayak… kamu tahulah kayak apa, tapi kita cuma temenan. Dia sering bilang sayang, tapi ngga pernah nembak. Masa aku nembak duluan? Aku emang sayang sama dia, tapi ngga gitu juga kan? Aku kan cewek… aku ngga mungkin…”
“Stop stop stop!” Lia memotong cerita Jani. “Dia dia dia… maksud kamu dia siapa? Pelan-pelan kenapa sih? Pakai spasi kalau ngomong!”
Jani menghela napas panjang. “Intinya aku ngga ngerti mesti ngapain sekarang.. akuuuuu..”
“Well, maksud kamu… Vino? Jaaaan…. Bosen tahu cowok itu mulu.. Okeh, serahin sama aku!”
Lia bergegas bangun. “Mana HPmu?”
“Buat apa?” Jani bingung menyerahkan HPnya.
Lia membuka kontak HP Jani, dipencetnya salah satu nomer. Dia mengetik pesan singkat, sebentar, lalu dikirim.
“Heh kamu ngapain?” Jani bingung, berusaha mengambil HPnya dari tangan Lia. “Jangan macem-macem!”
Dengan cepat Lia menepis tangan Jani. “Udah kamu diem aja disitu!”
“Liaaaa please!” Jani memasang muka melas. “Kamu mau ngapain?”
Tepat saat itu HP Jani bergetar, 1 message received, dari Vino.
Jani melongo tak percaya. “Kamu… SMS Vino? Lia kamu SMS apaan? Lia jangan macem-macem! Aku ngga mau dia salah paham. Aku ngga mau dia mikir macem-macem. Aku..”
“Ssssst! Kamu berisik banget sih? Udah diem disitu aja!” Lia membuka pesan dari Vino, dibacanya, lalu mengetik balasan. Kirim.
Jani memonyongkan bibirnya, pasrah. Dia kembali tiduran, berusaha memejamkan mata. “Aku tidur aja. Selamat SMS-an!”
Lia tersenyum. Dalam hatinya terbersit rasa kasihan. Sebenarnya tujuan Lia SMS Vino adalah minta kepastian Vino tentang Jani. Tanpa disangkanya, Vino dengan jelas bilang kalau selama ini Vino hanya menganggap Jani teman. Tidak lebih. Perhatian yang Vino berikan pada Jani tidak berarti Vino menyimpan perasaan terhadap Jani. Lia bingung, tidak tahu harus bilang apa pada Jani.
“Yaudah Vin, thanks kamu udah mau jujur.” Lia mengakhiri SMS-nya ke Vino. Dia menghela nafas panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar