STUDI KASUS APRIL
Nama
: Aprilia Dwi Lestari
Tempat,
tanggal lahir : Tuban, 15 Februari 1995
Sekolah
: SMA N 1 TUBAN
Aprilia Dwi Lestari merupakan salah satu siswa yang baru
saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke sekolah ternama di Tuban, yaitu
SMA N 1 TUBAN. Padahal ia berasal dari keluarga yang tergolong menengah ke bawah.
Awalnya orang tua April tidak memperbolehkannya masuk ke sekolah tersebut
karena takut tidak mampu untuk membayar hingga lulus nanti. Namun, April terus
memaksa sehingga orang tuanya mengizinkan.
Setelah beberapa lama berada disekolah itu, ia merasa
mendapat deskriminasi dari teman-temannya. Ia diejek karena berasal dari
keluarga yang tidak mampu. Bahkan, teman-temannya senang sekali menjahili
April. Sedikit demi sedikit, April mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak
terpengaruh dan tetap berprilaku biasa. Namun, lama-kelamaan ia mulai merasa muak
dengan keadaan yang ada. Perilaku teman-temannya mulai membuat April tidak
fokus, dan prestasi belajarnya mulai menurun. Ini membuat April selalu stress
dan merubah dirinya menjadi siswa yang amat nakal. Di kelas April selalu duduk
paling belakang, suka membuat gaduh, tidak memperhatikan materi yang
disampaikan guru, bermain-main HP, dan terkadang sampai tertidur. Di rumah pun
ia berperilaku yang sama. Dia tidak menghiraukan nasehat orang tuannya yang
menyuruhnya belajar. Dia suka keluyuran tidak jelas. April menjadi malas
belajar, tidak pernah mengerjakan tugas. Suatu saat guru memberikan ulangan
mendadak, ia mengerjakan sebisanya dan akhirnya mendapat nilai yang paling
bawah. Saat guru tersebut bertanya mengenai materi minggu lalu, ia tidak pernah
bisa menjawab. Mengetahui hal itu, April tetap tenang dan sama sekali tidak
merubah kebiasaannya. Kurangnya ketegasan, bimbingan, motivasi, dan perhatian
seorang guru dan orang tua dalam menyikapi anak didiknya yang bermasalah bisa
menjadikan siswa menjadi nakal dan kurang bisa menghargai guru saat KBM
berlangsung.
PEMECAHAN STUDI KASUS APRIL
Menurut saya pemecahan studi kasus yang dialami siswa yang
bernama Aprilia Dwi Lestari ini cocok menggunakan Teori Behavioristik, yaitu
sebuah teori yang segala sesuatunya dibiasakan sehingga menjadi suatu
kebiasaan. Jika saya menjadi guru April, maka saya akan mendekati dia
(memberikan perhatian khusus), tetapi hal itu tidak diperlihatkan kepada siswa
yang lain. Menegur siswa-siswa yang suka mengejek, dan suka mengucilkan. Memberikan
bimbingan melalui diskusi-diskusi kecil di dalam kelas (diskuzi zigsaw),
mencoba untuk mengungkapkan pendapat satu sama lain, menukar informasi dengan
anggota kelompoknya. Selain itu, diawal dan akhir pertemuan selalu diadakan
pengulangan materi yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada
masing-masing siswa, sehingga materi yang disampaikan pada saat itu maupun
minggu lalu benar-benar bisa diterima dan tidak hanya pada shot term memory, tetapi juga
sampai pada long term memory. Jika
siswa tidak bisa menjawab, maka akan ada hukuman berupa berdiri di depan kelas,
menyanyi, bahkan diberikan tugas khusus. Bersedia atau tidak, peserta didik
akan belajar agar tidak mendapat hukuman. Tanpa disuruh belajarpun, mereka akan
tetap belajar karena takut dihukum. Inilah teori behavioristik bahwa segala
sesuatu harus dipaksakan. Pihak keluarga khususnya orang tua lebih
memperhatikan anaknya, seorang anak dipaksakan untuk belajar. Jika tidak
bersedia, maka uang jajan akan dikurangi. Dengan demikian, adanya paksaan-paksaan
akan menjadikan suatu kebiasaan pada diri siswa.
Terimakasih
BalasHapus