Riiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingg....!
“Hallo?”
“Hallo.
Dapatkah saya berbicara dengan Mike?”
“Ya
ini aku sendiri. Ini siapa?”
“Coba
tebak?”
“Kamu..................emmmmmm
pasti Lyly?”
“Ya
betul ini aku”. Aku tertawa senang. Aku membayangkan mata birunya bersinar.
Pasti dia lagi tersenyum.
“Lyly,,,,,???
Ya Tuhan aku hampir gak percaya. Ada apa telepon?”
“Aku
Cuma ingin bilang kalau aku kangen sama kamu”
“Apa!!!!
Aku baru saja berpikir bahwa sesuatu buruk terjadi padamu. Dan sekarang kamu
bilang kalau kamu kangen denganku. Kenapa kamu gak sms aku dan memintaku untuk
telepon kamu? Kamu selalu bilang biaya telepon di sana terlalu mahal. Dan
sekarang kamu hanya menghabiskan uang hanya untuk menelepon aku”
Aku
tersenyum. Sekarang aku membayangkan mata birunya sedang melotot seperti saat
dia lakukan saat dia marah.
“Iya
benar aku tidak bisa menahan rasa ini. Tahukah kamu aku ingin mendengar
suaramu, dan uang berapapun tidak dapat membelinya”
“Lyly.......” Suaranya seperti putus
asa. Kemudian aku mendengarnya seperti tertawa.
“Oh
baiklah. Sangat menyenangkan memang mendengarkan suaramu. Kamu harus lebih
sering menelponku mengatakan apa yang terjadi di sana”
“Baik.
Indonesia juga merindukanmu. Kamu bagaimana di sana? Apa matamu masih biru?”
“Hahahahah.
Iya mataku seperti yang dulu. Seperti yang kamu suka. Dan rambutku masih merah
juga, singkatnya semuannya baik-baik saja. Aku sungguh merindukanmu. Kamu belum
membalas suratku”
“Iya
memang aku belum membalasnya. Aku sibuk di sini. Maklum jadi mahasiswa kedokteran
itu tidak mudah, banyak tugas pula”
“Aku
tahu di sini pun juga sama”
Kita
sama-sama diam. Aku membayangkan dia menggaruk rambutnya yang merah dan halus
itu. Dia selalu melakukan hal itu saat dia binggung mau bicara apa.
“Ngomong-ngomong
ceritakan padaku tentang cowok yang jalan sama kamu” Akhirnya dia bertanya.
“Yang
mana?” Aku balik bertanya dan tertawa. “Tidak aku hanya bercanda. Maksudmu
Denny? Aku sudah tidak jalan dengannya lagi. Aku memutuskan untuk tidak
bersamanya sebelum semuanya di luar kendali”
“Diluar
kendali, maksudnya gimana? Apa dia menyakitimu”
“Kenyataannya
iya. Kamu tahu dia tidak pernah mau menjalin hubungan serius dengan ku. Dia
hanya ingin cewek yang mau diajak keluar. Bisa dikatakan hubungan tanpa status.
Dan itu bukan yang aku inginkan dari sebuah hubungan. Jadi saat aku
menyadarinya, aku meminta dia untuk meninggalkanku”
“Ohhhhhhhhh
gitu ya”
“Emmmmmm,
sebenarnya tidak. Butuh waktu yang panjang untuk memutuskannya. Dan pada saat
aku melakukan hal itu, aku sedikit sakit hati. Rasanya sama halnya kehilangan
satu teman baik. Kamu pasti tahulah apa maksudku”
“Gak
lebih?”
“Maksudmu
apa gak lebih? Ini sungguh cukup buruk untukku. Tapi aku gak menangis sepanjang
malam, atau menghabiskan banyak waktu untuk menyesalinya, jika itu yang kamu
maksud. Aku tidak melakukan sesuatu hal yang pernah aku lakukan ketika putus
dengan mu. PUASSSSSSSSS?”
Beberapa
saat kemudian dia diam. Kemudian dia bertanya lembut.
“Apa
kamu sesakit itu saat kita putus?”
“Iya.
Aku menghela nafas panjang lalu meneruskan. Gmana degan kamu? Ceritakan cewek
yang jalan denganmu. Billy bilang dia cewek yang baik, dan kalian jalan sudah
cukup lama”
Mike
tertawa. “Billy cerita kayak gitukah? Dia itu gak tahu tentang apa yang
sebenarnya terjadi”
“Jadi
fakta yang sebenarnya bagaimana Mike?”
“Billy
memang benar. Stecy memang seorang cewek yang baik. Tapi kenyataannya dia bukan
kamu”
“Tentu
saja dia bukan aku. Memang apa yang kamu harapkan darinya?” Aku tertawa.
“Tidak.
Maksudku dia terlalu agresif untukku. Menurutku satu-satunya alasan dia mau
jalan denganku karena aku ketua tim basket. Kamu ngertikan maksudku?”
“Iya”
“Gini
looo, dia itu suka sama aku karena ada sesuatu, bukan apa adanya. Tapi ada
apanya. Dan lagi alasan aku mau jalan sama dia karena dia cewek Australia. Jadi
orang tuaku tak akan mempermasahkan tentang dia”
Aku
tidak menjawab apapun.
“Lyly
apa kamu masih di sana?”
“Iya”
“Stecy
itu bukan tipeku. Selama ini aku berharap kita bisa sama-sama terus. Tapi
kenyataanya tidak”
“Sebelumnya
kenapa kamu tidak pernah cerita tentang ini?”
“Karena
aku pikir kamu sudah nyaman dengan gebetan-gebetanmu. Aku tidak mau menggangu
kamu. Tapi sekarang aku tahu kalau kamu tidak bahagia. Jadi apa ada kesempatan
lagi buat kita balikan?”
“Aku
gak tahu. Memang ada ya? Mike dengar, kita sudah pernah membicarakan ini
sebelumnya. Dan kita berdua sepakat kita akan tetap jadi sahabat selamanya.
Tidak lebih. Ingat dan ini bukan yang aku harapkan, tadinya aku hanya ingin telepon
kamu. Aku cerita masalahku ke kamu. Dan kamu akan menasehatiku”
Mike
tertawa. “Hahahahaha”
“Apa
kamu mengharapkanku dengan berkata demikian?”
Aku
tertawa juga. “Hahahahah”
“Baiklah.
Itu bukan kamu. Aku cuma gak mau kita bahas ini lagi”
“Aku
juga gak mau, tapi saat dua orang menyadari bahwa mereka berdua gak bahagia dan
mereka masih saling cinta. Menurutmu apa yang harus dilakukan?”
“Mike
tolong jangan mikir aku gak mau balikan denganmu. Tapi aku Cuma gak siap
menentang orang tuaku lagi. Dan aku gak mau terluka oleh keadaan, keadaan yang
seperti dulu lagi”
“Apa
orang tuamu masih berprinsip bahwa kamu tidak boleh pacaran dengan seorang
bule?”
“Iya.
Dan orang tuamu sendiri pasti menganggap bahwa orang Asia itu miskin harta, miskin
budaya. Dan dari kalangan terbawah.”
“Kenyataannya
memang iya. Memang susah merubah pendapat seseorang yang mereka percayai”
“Ceritakan
padaku tentang itu. Selama lebih dari tiga tahun, aku sudah meyakinkan mereka
bahwa kamu bukan seperti cowok yang mereka pikirkan. Tapi tahukah kamu kalau
mereka tak pernah berubah”
“Iya
kamu benar” Suaranya begitu terluka dan lemah. Aku membayangkan mata birunya.
Rambut merahnya, dan caranya tersenyum. Dan wajahnya yang sangat imut. Dan aku
mengingat di mana saat kita bersama dulu. Lalu tiba-tiba aku menangis.
“Heiiiiii
jangan menangis sayang. Aku gak ada maksud untuk menyakitimu. Maafkan aku”
“Ini
bukan salahmu Mike. Ini salahku. Aku tidak cukup berani untuk mengambil risiko
agar kita bersama. Maaf”
“Lyly,
ingatkah apa yang kita bicarakan dulu? Gak ada yang bisa memisahkan kita.
Setelah kita lulus, kamu jadi dokter dan aku akan jadi arsitek. Ingatkan kamu?
Setelah itu kita akan menikah lalu pergi dari orang tua kita masing-masing”
“Iya
itu masih beberapa tahun lagi. Dan mungkin kamu akan lupa dengan semua itu”
“Hahahahah.
Aku janji tidak akan lupa. Aku akan membuat tato namamu di tanganku. Dan aku
akan menyebut namamu sepuluh kali sebelum dan sesudah setiap kali aku melakukan
sesuatu”
“Mike jangan gila. Kamu membuatku
menangis”
“OK
aku akan diam. Mending sekarang kamu tutup saja telponnya. Pasti biayanya
mahal”
Aku
tertawa. “Kamu benar. Kita sudahi saja. Ini sudah waktunya pamitan ya?”
“Sekali
lagi aku sangat mencintaimu Beby-doll”
Air
mataku menetes lagi. “ Aku juga mencintaimu Sweetie-Pie. Jaga dirimu baik-baik
ya”
“Iya.
Kamu juga”
“Iya
pasti. Eh Mike?”
“Iya?”
“Aku
cuma berharap yang terbaik untuk kita”
Dia
diam beberapa saat. Lalu menjawab dengan pelan dan lembut. “Iya”
“Baik.
Bay Mickey”
“Bay
honey”
KLIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar