Kota
Tuban merupakan sebuah kota pariwisata, yang sering kali disebut kota seribu
goa karena terdapat banyak goa. Di Tuban banyak sekali tempat-tempat yang patut
untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Goa Ngerong yang terletak di Kecamatan
Rengel, Kabupaten Tuban Jawa Timur. Kedalaman mulut goa sampai ujung goa
kira-kira 30 km, dan didalamnya terdapat sumber air dari bawah tanah. Goa
Ngerong merupakan salah satu goa yang di dalamnya masih terjamin keasliannya,
tidak ada satupun orang atau warga setempat yang berani mengotak-atik keaslian
goa tersebut. Menurut warga setempat Goa Ngerong merupakan salah satu goa yang
dikeramatkan di Kabupaten Tuban. Hal itu tentu saja bukan sekedar omong kosong
belaka, akan tetapi sang juru kunci Goa Ngerong alias Mbah Samin telah
menceritakan asal usul goa tersebut. Selain itu, Mbah Samin juga mengungkap
misteri dibalik Goa Ngerong.
Misteri
Goa Ngerong bermula dari datangnya orang yang sudah tua di depan mulut goa.
Orang yang sudah tua itu bernama Kyai Jala Ijo, Kumbang Pujo Kusumo, Pangeran
Boroboyo, Idris, Sholeh, dan Abdul Rahim. Orang-orang itu termasuk sesepuh (orang yang dituakan) di
Kecamatan Rengel, dan mereka menguasai Goa Ngerong. Menurut Mbah Samin, Kyai
Jala Ijo merupakan seorang yang paling tua diantara Pangeran Boroboyo, Kumbang
Pujo Kusumo, Idris, Sholeh, dan Abdul Rahim. Konon Kyai Jala Ijo bertemu dengan
perempuan yang kehausan sambil menggendong anaknya. Perempuan yang mengendong
anaknya itu terus menangis karena tidak juga mendapatkan air. Kemudian Kyai
Jala Ijo tidak tega dan akhirnya menolong perempuan itu. Tongkat seperti tombak
atau senjatanya Kyai Jala Ijo ditancapkan tepat di depan mulut goa. Sesaat
kemudian keluar air, ikan, kelelawar, ular, kura-kura. Hal itu terjadi
kira-kira pada tahun 840 sebelum masehi sampai sekarang ini. Hewan-hewan yang
ada di lokasi goa tidak bisa diganggu. Di tengah-tengah goa terdapat air terjun
atau sumber air yang mengalir sampai ke Kecamatan Rengel, ke Tuban, ke Maibit, dan
ke Sendang Beron.
Sampai
pada saat ini Goa Ngerong tidak hanya dibuat tempat pariwisata, tetapi ikan-ikan
yang ada di Goa Ngerong dibuat Nadzar atau sudah dijadikan sebuah kepercayaan
tersendiri bagi warga setempat maupun pengunjung yang datang. Setiap satu bulan
sekali tepatnya pada hari jum’at pahing, para pengunjung banyak yang mengambil
air, cuci muka, dan membacakan doa di sebelah kiri mulut goa. Menurut
kepercayaan warga setempat cuci muka dilakukan tiga kali dan saat itu pula
tidak boleh menghembuskan nafas. Jika ada seseorang yang datang berkunjung dan
ingin mengetahui sejarah Goa Ngerong, maka Mbah Samin sebagai juru kunci wajib
memberikan bunga kepada penunggu goa tersebut sebagai sesaji atau adat yang
harus dilakukan. Apabila hal itu tidak dilakukan akan membahayakan keselamatan
orang yang ingin mengetahui sejarah Goa Ngerong.
Menurut
warga setempat dan Mbah Samin, orang yang sakit bisa sembuh hanya dikarenakan
orang tersebut membasuh muka dan membacakan doa, serta memberikan sesaji berupa
bunga. Hal itu sudah menjadi kepercayaan masing-masing orang yang berkunjung ke
sana. Tradisi yang lain yaitu memberi makan ikan-ikan dengan biji randu,
brondong, roti. Dari mulut goa sampai 20 meter terdapat perbatasan ikan-ikan,
dan ada pagarnya yang disebut pagar ghaib. Ikan-ikan tersebut tidak ada satupun
yang berani melewati bawah pagar ghaib tersebut kecuali ikan-ikan yang mati. Oleh
karena itu, tidak ada satupun juga orang yang berani melewati pagar ghaib itu,
kecuali Mbah Samin sebagai juru kunci.
Suatu
hari ada seorang perempuan yang pernah sakit dan akhirnya sembuh, dia
menggendong anaknya yang masih kecil sambil membawa bunga, membawa makanan
untuk ikan. Anak kecil itu menangis meminta ikan yang ada di goa itu. Mbah
Samin memberikan beberapa ikan kepada anak kecil yang digendong ibunya
tersebut. Beberapa hari kemudian satu keluarga yang membawa ikan-ikan pulang ke
rumahnya bermimpi disuruh mengembalikan ikan-ikan itu ke tempat asalnya yaitu
Goa Ngerong. Mbah Samin sempat juga memberikan ikan-ikan itu kepada orang
Surabaya, Lamongan, Jakarta, Malang, tetapi kasusnya sama yaitu lagi-lagi
bermimpi disuruh mengembalikan ikan-ikan itu. Untuk mengantisipasi sesuatu yang
tidak diinginkan, orang-orang itu mengembalikan ikan-ikan ke lokasi Goa
Ngerong. Ada juga yang mengatakan apabila ada yang mengambil ikan tanpa seizin
juru kunci Goa Ngerong alias Mbah Samin, orang tersebut akan meninggal dunia
atau mengalami sakit yang luar biasa dan sulit untuk disembuhkan.
Warga
setempat dan pengunjung yang datang ke lokasi Goa Ngerong kebanyakan telah
mempercayai hal-hal seperti itu. Untuk menjaga keselamatannya, sampai saat ini mereka
masih melakukan tradisi memberi makan ikan-ikan, membasuh muka, membacakan doa,
dan memberikan sesaji berupa bunga. Dengan begitu kelestarian Goa Ngerong akan
tetap terjaga.
Baguz semoga bermanfaat untuk diri Aku juga Orang lain............!!!!
BalasHapusSemoga aja Rengel menjadi Daya tarik buat wisata yang baik ∂ĩ Kabupaten TUBAN........
( REG - GOEL )