Seperti
yang kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini semakin memburuk. Salah
satu faktor penyebab buruknya kualitas pendidikan yaitu lemahnya sistem
pendidikan. Diantaranya mencakup kualitas guru, kualitas peserta didik, sarana
dan prasarana, serta lingkungan yang tidak layak sebagai tempat menuntut ilmu. Misalnya,
Sekolah Dasar Kandang Ayam di Sulawesi Selatan merupakan sebuah lembaga pendidikan
yang sangat memprihatinkan. Pemerintah tidak mempedulikannya apalagi
memberikan santunan dana.
Guru
adalah ujung tombak dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidaknya suatu
proses pendidikan, dan tinggi rendahnya kualitas suatu pendidikan salah satunya
ditentukan oleh guru. Peranan seorang guru akan membawa pada suatu tanggung
jawab untuk menjalankan profesi dengan sikap profesionalisme yang tinggi.
Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mampu memberikan pengetahuan kepada
anak didiknya, akan tetapi juga harus mampu menanamkan suatu nilai-nilai
pendidikan dengan cara guru sebagai modelnya. Ironis rasanya jika seorang
pendidik ditempatkan pada salah satu sekolah terpencil yang disebut Sekolah Dasar
Kandang Ayam karena bangunannya mirip dengan sebuah kandang ayam dan awal mula
berdirinya memang sebuah tempat bekas kandang ayam. Kalau dipikir bagaimanakan
seorang guru dapat menjalankan tugasnya dengan profesional kalau kondisi
sekolah sebagai transformasi ilmu sangat memprihatinkan? Seorang guru akan
merasa kesulitan menjalankan tanggung jawabnya kalau ditempatkan pada sekolah tersebut. Semua serba terbatas dan tidak
layak, tetapi sebagai seorang pendidik patut memperjuangkan dan mencerdaskan
anak bangsa, tanpa memikirkan kesejahteraan dan kenikmatan dunia semata.
Pemerintah tidak memperdulikan hal itu, tetapi alangkah baiknya seorang
pendidik mempunyai kepedulian dan keikhlasan terhadap anak bangsa yang nasibnya
kurang beruntung.
Peningkatan
kualitas pendidikan pada Sekolah Dasar Kandang Ayam selain bergantung pada
kualitas guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar sekolah di
Indonesia khususnya Sekolah Dasar Kandang Ayam masih sangat tidak memadai.
Padahal sarana dan prasarana merupakan hal vital dalam kegiatan proses belajar
dan mengajar. Sekolah Dasar Kandang Ayam hanya memiliki rak buku kotor dan
rapuh yang digunakan sebagai tempat meminjam buku alias perpustakaan. Bukunya
sobek dan berdebu. Ruang kelas hanya terdiri dari dua buah ruangan yaitu satu ruang
kantor dan satunya lagi ruang belajar siswa. Bangku dan meja terbatas, papan
tulisnya kecil. Banggunannya terdiri dari kayu dan papan, beralaskan tanah,
atapnya terbuat dari jerami yang sering bocor saat hujan turun. Tanpa adanya
sarana dan prasarana yang memadai, pendidikan pada Sekolah Kandang Ayam akan
sulit mengalami kemajuan.
Selain guru, sarana dan prasarana, kualitas pendidikan juga
bergantung pada kualitas peserta didik dan lingkungan sekitar. Jika mencari
korelasi antara lingkungan sekolah yang nyaman dengan prestasi siswa di
sekolah, maka didapatlah fakta bahwa proses belajar mengajar itu memerlukan
ruang dan lingkungan pendukung untuk dapat membantu siswa dan guru agar dapat
berkonsentrasi dalam belajar. Belajar memerlukan kondisi psikologi yang
mendukung. Jika para siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan dengan kelas
yang bersih, dan udara yang bersih, maka tingkat prestasi para siswa juga akan
naik.
Namun, kondisi lingkungan pada Sekolah Dasar Kandang Ayam jauh
dari itu. Di lingkungan sekitar masih berkeliaran ayam-ayam, sekelilingnya
persawahan yang becek, bau kotoran ayam masih menyengat. Pada lingkungan seperti
itu tidak menutup kemungkinan munculnya wabah penyakit yang menjadikan proses
pembelajaran tidak berjalan secara maksimal. Selain itu, lingkungan yang kotor
dapat menurunkan konsentrasi kerja otak sehingga prestasi belajar akan menurun
juga. Lama-kelamaan siswa akan merasa bosan dan tidak nyaman dengan lingkungan
sekolah yang dapat mengganggu kelancaran belajar siswa. Begitu pula dengan guru
yang sedang mengajar pada saat itu akan merasa terganggu, sehinnga pelajaran
yang disampaikan guru tidak akan maksimal. Siswa pun menjadi tidak mengerti
dengan apa yang disampaikan oleh guru. Dalam kondisi yang seperti ini, ada
siswa yang malas sekolah karena merasa malu bersekolah di Sekolah Dasar Kandang
Ayam. Ada pula yang mengeluh memiliki sekolah seperti itu. Ketidakpedulian
pemerintah terhadap nasib anak bangsa membuat para siswa, guru, di sekolah itu
tetap harus menumbuhkan semangat yang tinggi pada dirinya dalam menempuh
pendidikan yang tidak layak.
Masalah
seperti ini tidak hanya di satu daerah saja, tetapi masih banyak lembaga
pendidikan yang tidak layak di daerah-daerah terpencil yang tidak diperhatikan
oleh pemerintah, yang hanya dibicarakan dan diberitakan melalui media
elektronik ataupun media cetak. Tidak dapat dibayangkan pula betapa malangnya
nasib anak didik bangsa kalau pimpinan negara tidak perduli dengan lembaga pendidikan pada lingkugan yang tragis
dan mengenaskan. Pemerintah khususnya presiden mempunyai kewenangan untuk
mengatur kebijakan dalam menangani masalah di negara ini termasuk dalam dunia
pendidikan. Pendidikan sangat mutlak dibutuhkan seseorang untuk mengubah masa
depannya agar menjadi lebih baik, tetapi jika pendidikan formal ditempuh pada
tempat yang kurang layak, maka sistem pendidikan tidak akan berjalan maksimal.
Jika
saya menjadi seorang pendidik di Sekolah Dasar Kandang Ayam, maka saya dan
pendidik yang lain akan mengusulkan beberapa proposal yang isinya meminta
santunan dana dari pemerintah untuk menjadikan sekolah tersebut menjadi lebih
baik. Kalau pemerintah tidak menanggapi hal itu, sebagai pendidik yang baik
akan mencari alternatif lain agar sekolah tersebut menjadi layak untuk
ditempati. Pendidikan tidak akan pernah maju tanpa adanya kerjasama antara
guru, siswa, orang tua, dan pemerintah. Oleh karena itu, bagaimanapun caranya
seorang guru dan orang tua mampu menyemangati anak didiknya untuk tetap
semangat dan bertahan dalam kondisi yang tidak layak. Pemerintah seharusnya
segera bertidak melihat malangnya nasib anak bangsa, bukan hanya berdiam diri
padalah berita yang tersiar lembaga pendidikan mempunyai anggaran yang cukup
untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang tidak layak.
Selain
itu, dapat pula mencari donatur-donatur yang bersedia membantu dari segi
keuangan, material, dan mengajari anak didik membuka usaha kecil menggunakan
sumber daya alam yang ada disekitar sebagai modal awal untuk memajukan sekolah.
Misalnya dengan membuat kue-kue sederhana dari bahan singkong, ketela, yang
mudah didapat di lingkungan sekitar kemudian menjualnya. Memang rasanya itu
sangat sulit untuk dilakukan, dan keuntungan yang didapat pun tidak menjamin,
tetapi dengan kebersamaan dan semangat yang tinggi saya yakin semua akan
berjalan sesuai dengan harapan. Dengan demikian, adanya rintihan dan keluhan
sedikit demi sedikit dapat teratasi dan tidak menimbulkan keprihatinan yang
mendalam untuk peserta didik, guru, maupun sekelompok orang yang berkunjung
pada sekolah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar