Metode
sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan metode kritik sastra, yang obyeknya
lebih darti satu karya. Penekanan sastra bandingan adalah pada aspek
kesejarahan teks. Itulah sebabnya sastra bandingan bersifat positivistik.
Kajiannya bercorak binari (duaan) dan bertumpu pada rapport defaits, artinya perhubungan faktual antara dua buah teks
yang diteliti secara pasti. Kegiatan yang dilakukan juga menganalisis,
menafsirkan dan menilai karena obyeknya lebih dari satu, setiap obyek harus
ditelaah, barulah hasil telaah tersebut diperbandingkan. Bisa saja, peneliti
melakukan analisis struktural kedua karya, baru diperbandingkan. Dengan cara
ini akan mempermudah peneliti melakukan bandingan. Setidaknya akan mudah
ditemukan unsur persamaan dan perbedaan setiap karya sastra.
Penelitian sastra bandingan dengan
metode diakronis merupakan penelitian resepsi sastra yang dilakukan terhadap
tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa periode. Namun, periode waktu yang
dimaksud masih berada dalam satu rentang waktu.
Penelitian resepsi diakronis ini
dilakukan atas tanggapan-tanggapan pembaca dalam beberapa periode yang berupa
kritik sastra atas karya sastra yang dibacanya, maupun dari teks-teks yang
muncul setelah karya sastra yang dimaksud. Umumnya penelitian resepsi diakronis
dilakukan atas tanggapan pembaca yang berupa kritik sastra, baik yang termuat
dalam media massa maupun dalam jurnal ilmiah.
Penelitian resepsi diakronis yang
melihat bentuk fisik teks yang muncul sesudahnya dapat dilakukan melalui hasil
intertekstual, penyalinan, penyaduran, maupun penerjemahan. Intertekstual
merupakan fenomena resepsi pengarang dengan melibatkan teks yang pernah
dibacanya dalam karya sastranya. Hasil intertekstual, penyalinan, penyaduran,
maupun penerjemahan ini dapat dilakukan atas teks sastra lama maupun sastra
modern
Kajian penelitian sastra bandingan yaitu:
1.
Penelitian
bersifat Komparatif
Penelitian bersifat komparatif menitikberatkan pada
penelaahan teks karya sastra yang dibandingkan, seperti studi pengaruh dan
afinitas. Penelitian bersifat komparatif merupakan titik awal munculnya sastra
bandingan. Penelitian ini dipandang sebagai Penelitian terpenting dalam sastra
bandingan. Penelitian bersifat komparatif dapat berbentuk kajian pengaruh maupun
kajian kesamaan. Penelitian yang bersifat komparatif juga dapat mencakup kajian
mengenai tema maupun kajian genre.
2.
Penelitian
bersifat historis
Penelitian bersifat historis memusatkan perhatian
pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi antara karya sastra dengan
karya sastra lainnya atau antar satu kesusastraan dengan kesusastraan lain,
atau suatu karya sastra dengan masalah sosial dan filsafat. Penelitian ini
dapat berupa masuknya suatu pemikiran, aliran, teori kritik sastra, ataupun
genre masuknya genre sastra dari suatu negara ke negara lain.
3.
Penelitian
bersifat teoretis
Penelitian bersifat teoretis adalah kajian pada
bidang konsep, kriteria, batasan, atau aturan-aturan dalam berbagai bidang
kesusastraan. Misalnya konsep mengenai aliran, genre, bentuk, teori, ataupun
kritik sastra. Penelitian bersifat teoretis tidak menyentuh kajian sastra
darimana pun.
4.
Penelitian
bersifat antar disiplin
Di dalam Penelitian yang bersifat antar disiplin
merupakan kajian yang cenderung berfokus
pada aliran Amerika. Penelitian ini membandingkan antara karya sastra dengan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan, agama, dan seni yang lain. Karena luasnya
ruang lingkup kajian ini, diperlukan pengetahuan yang luas pula untuk melakukan
kajian. Fokus pembicaraan tetap pada karya sastra. Materi non sastra sebagai
pembanding dipakai sebagai bantuan untuk memperjelas makna dari suatu karya
sastra atau untuk mengetahui dasar pemikiran penulisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Damono,
Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitan Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Wellek, Rene dan Austin Warren.
1989. Teori
Kesusastraan (diterjemahkan
Melani
Budianta).
Jakarta: PT Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar