Pada
dasarnya pendidikan mutlak dibutuhkan manusia untuk pencapaian suatu tujuan
yang diiginkannya. Dalam pencapaian tujuan tersebut manusia diharuskan menempuh
suatu pendidikan baik secara formal maupun nonformal. Tanpa pendidikan manusia
tidak dapat menggubah sikap dan tingkah laku dalam usaha mendewasakan dirinya
sendiri, karena secara bahasa pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan tidak hanya diperoleh di
lembaga formal saja, namun pendidikan
dapat diperoleh di mana saja, misalnya di lingkungan sekitar atau melalui media
elektronik yang menayangkan perfilman yang bertemakan pendidikan sehingga patut
dipelajari oleh seseorang. Nah, di dalam sebuah film yang berjudul “I Am Not
Stupid Too”, pendidikan menurut saya sangat memprihatinkan yang dapat dilihat
dari segi lembaga formal bahkah pada lingkungan keluarga peserta didik. Film
tersebut menceritakan tentang cara mendidik pada lingkungan sekolah dan
lingkungan keluarga yang salah. Hal itu menyebabkan peserta didik menjadi
seorang yang mengangap bahwa dirinya tidak berguna dan akhirnya menjadi seorang
yang pemalas, suka melakukan sesuatu dengan seenaknya sendiri, bahkan sampai
bergaul dengan kelompok brandalan yang membuat dirinya terlibat dalam peristiwa
kriminalitas. Hal seperti itu seharusnya tidak perlu ada jika lembaga sekolah
maupun lingkungan keluarga benar-benar memperhatikan kondisi psikologis seorang
anak. Film tersebut telah jelas menayangkan bahwa ada dua keluarga yang
mendidik buah hatinya dengan cara yang salah. Dilihat dari keluarga Tom dan
Jerry yaitu mereka terlahir dari keluarga yang sangat kaya. Mereka hidup mewah
dan seolah-olah tidak kurang suatu apapun,
tetapi kekayaan yang dimiliki orang tua Tom dan Jerry tidak menjamin sebuah
pendidikan yang baik dan maksimal pada lingkungan keluarga tersebut. Tom dan
Jerry memang berkecukupan dalam kesehariannya, namun menjadi seorang anak sangatlah
membutuhkan kasih sayang, perhatian serta dukungan penuh dari kedua orang
tuanya, tetapi Tom dan Jerry tidak memperolehnya. Segala sesuatu yang dilakukan
Tom, selalu salah dimata kedua orang tuanya bahkan bakat yang dimiliki Tom
tidak pernah dihiraukan, begitupun yang dirasakan oleh Jerry. Suatu ketika
berada di ruang makan, ponsel si anak berdering, seketika itu sang ayah
langsung menegur si anak jika sedang makan tidak boleh bermain-main dengan
ponsel. Memang benar hal sekecil itu
perlu diajarkan pada anak, tetapi seharusnya sebagai orang tua menjadi contoh
bagi anak-anaknya. Dalam film itu orang tua Tom dan Jerry melakukan hal yang
sama yaitu bermain-main ponsel saat makan, entah itu penting maupun tidak. Seharusnya
orang tua berprilaku adil dalam menegakkan peraturan di lingkungan keluarga. Meluangkan
waktu sejenak untuk berada di rumah, itu sama halnya membuang waktu yang
bernilai jutaan dollar. Kesibukan merintis karir antar keduanya menjadi suatu
hal yang sangat diutamakan dari pada kondisi psokologis anak. Tom dan Jerry
tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang tuanya karena alasan yang
sama yaitu kesibukan. Mereka hanya dapat berkomunikasi melalui surat-surat
sederhana atau tulisan kecil yang sengaja ditempel pada benda di ruang rumah,
yang sekiranya tulisan tersebut dapat dibaca oleh orang tua mereka. Jika Tom
dan Jerry mendapat suatu masalah, sebagai orang tua hanya bisa saling
menyalahkan satu sama lain dan memarahi si anak tanpa mengetahui apa yang
sebenarnya dilakukan si anak. Dilihat dari lingkungan keluarga Chengcei,
pendidikan sangatlah keras bahkan sungguh mengenaskan. Seorang ayah mengangap
bahwa hanya dengan kekerasanlah yang bisa membuat seorang anak menjadi juara,
pemikiran tersebut merupaksn sebuah pemikiran yang sempit. Dalam keluarga ini,
sang ayah bisa dikatakan memperhatikan
anaknya, mencurahkan kasih sayangnya sebagai seorang ayah, tetapi semua itu
dilakukannya dengan cara yang salah. Mendidik seorang anak dengan kekerasan itu
akan membuat kondisi psikologis yang tidak baik, seorang anak akan tertekan dan
membenci bahkan memusuhi sang ayah. Saya akui bahwa ayah Chengcei mantan
narapidana, yang sejak kecil hidup dilingkungan yang keras, tetapi seharusnya
dia tidak perlu menerapkan kehidupan yang penuh kekerasan pada sang anak.
Begitu pula dengan lingkungan sekolah, telihat bahwa adanya pembeda antara
kelas biasa dengan kelas unggulan. Siswa dari kelas bawah diperlakukan
seenaknya oleh sang guru dan dianggap paling bodoh sampai terucap dua kata dari
kutipan film “Apel busuk”. Sebagai seorang guru tidak patut melontarkan
kata-kata seperti itu pada siswanya, hal itu akan memperburuk suasana. Siswa
dari kelas unggulan mendapat perlakuan yang baik, seperti bonus nilai, bahkan
hadiah akan diberikan pada siswa yang mendapat nilai baik serta adanya dukungan
atau pujian yang akan membuat siswa rajin belajar. Sama-sama menjadi peserta
didik seharusnya mendapat perlakuan yang sama oleh gurunya masing-masing tanpa
adanya pembeda. Jika siswa melanggar aturan yang telah dibuat lembaga sekolah,
maka patut hukuman itu dijalankan dengan semestinya, tetapi adanya hukuman
fisik di depan umum, menurut saya tidak etis jika hukuman tersebut dilakukan.
Selain menyiksa fisik siswa, hal itu akan membuat kontroversi dikalangan
masyarakat. Adanya hukuman fisik tersebut tidak akan menjamin seorang siswa
tidak akan melanggar peraturan sekolah. Kedisiplinan dalam lingkungan sekolah
maupun keluarga memang perlu, tetapi harus melihat situasi dan kondisi. Bagaimana
pendidikan bisa berjalan dengan baik, sesuai harapan bangsa dan negara jika
lingkungan keluarga serta lembaga pendidikan peserta didik seperti itu? Siapa
yang patut dipersalahkan dalam hal ini? Pertanyaan tersebut dapat dijawab
dengan dikembalikannya pada diri kita masing-masing, jika kita merasa bahwa
pendidiakn sangatlah penting, maka kita akan menempuh hal itu dengan penuh
keyakinan dan sungguh-sungguh, melihat situasi dan kondisi yang ada disekitar.
Lingkungan keluarga khususnya peran orang tua sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Orang tua sebisa mungkin memberikan fasilitas atau biaya, memberikan motivasi
terbesar, mencurahkan kasih sayang serta perhatiannya pada sang anak, agar anak
mampu memperoleh pendidikan. Selain itu peran sekolah sebagai lembaga pendidikan
juga sangat penting yaitu ikut serta mengubah sikap dan tingkah laku peserta
didik. Dalam hal ini harus ada kerja sama antara lingkungan keluarga, lembaga
pendidikan serta peserta didik itu sendiri. Jika kedua belah pihak yaitu
keluarga dan sekolah sudah berjalan, maka giliran peserta didik untuk membawa
dirinya menjadi yang lebih baik dari sebelumnya dengan tidak melupakan agama
sebagai pedoman hidup. Menjadi insan yang dapat membanggakan diri sendiri,
keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar