“ Bruuungggg brungggg ... ”
Aku terbangun dari tidurku. Suara – suara itu yang selalu mengusik ketenanganku
akhir – akhir ini. Sejenak aku menenangkan diriku dan
melihat arah jarum jam. Jam masih menunjukan pukul 02.10 dini hari.
“Sial !!
Siapa sih yang selalu menganggu tidurku akhir – akhir ini” , batinku dalam
hati. Dengan rasa malas dan enggan meninggalkan kasur , aku memaksa tubuhku
untuk bangun dan mendekati jendela kamar. Kusibakkan tirai jendelaku dan
melihat keadaan diluar. Diluar sangat sepi. Dari lantai atas kamarku aku bisa
melihat seseorang dengan motor gedenya berhenti di bawah pohon kelapa yang tak
begitu jauh dari rumahku. Sesaat aku sempat ragu apakah yang aku lihat itu benar
– benar nyata atau halusinasi semata. Tapi aku segera sadar bahwa yang aku
lihat itu pasti nyata , karena orang tersebut membawa sebuah sepeda motor gede.
Ya sepeda motor yang bunyinya hampir tiap malam menggangu tidurku yang lelap. Dengan
emosi yang terpendam kuberanikan diri membuka kaca jendelaku. Hawa dingin area
komplek menusuk – nusuk kulitku .
“ Hei kamu !
” . Aku mencoba mengalihkan perhatian orang itu agar dia menoleh ke arahku .
Dia yang sadar bahwa aku memanggilnya segera menoleh dan melambaikan tangannya.
Dari lantai atas kamarku aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas, yang aku
tahu dia adalah seorang lelaki yang membawa sebuah helm ditangannya.
“ Hai Ren ,
ayo kesini ! ” . Dia memanggilku . Aku tak menyangka bahwa dia mengetahui
namaku. Aku yang dipenuhi rasa ingin tahu segera turun kebawah dan menemui dia.
Sejenak aku berpikir apakah dia orang jahat yang akan membawa aku kabur ? Tapi
ah aku sudah dewasa , sudah 18 tahun. Aku sudah bisa membedakan mana orang yang
jahat dan orang yang baik. Perlahan – lahan ku buka pintu gerbang rumahku ,
suara derit pintu tak kuharap dapat membangunkan orangtua ku yang mungkin
sedang tertidur lelap. Di depan pintu
gerbang aku berdiri. Dia maju perlahan kerahku . Dari situ aku dapat melihat
bahwa dia adalah seorang lelaki muda dengan kaos bertuliskan What Do
You Want ? .
“ Hai Ren ,
perkenalkan aku Adam. Kamu temannya Rafa
kan ? ” Dia menjulurkan tangannya hendak berjabat tangan denganku . Aku yang
heran mengapa dia tahu namaku dan tahu tentang sahabatku terdiam tanpa sepatah
katapun . Hatiku yang tadinya mendidih menahan emosi yang meluap – luap menjadi
beku melihat senyumannya yang manis. Sesaat aku sempat terkena hipnotis aura
lelaki itu. Untung aku segera menyadari situasi dan menempatkan perasaan ku
pada posisi awal.
“ Iya. Kamu
siapa ? kok tahu namaku ? kok tahu Refa ? dan kamu kan yang akhir – akhir ini
sekitar pukul 02.00 selalu lewat di depan rumahku dan mengganggu tidurku dengan
suara motor kamu yang bising itu. Kamu tahu kalau suara motor kamu itu sangat
menggangu ketenangan dan dapat menyebabkan polusi di sekitar komplek ! ”. Aku
mengomel meluapkan emosi yang terpendam selama ini. Adam hanya nyengir. Tanpa exspresi bersalah
sedikitpun dia tersenyum sambil menggaruk – garuk kepalanya.
“ Iya aku
tahu aku salah , tapi asal kamu tahu saja . Aku seperti ini agar bisa kenal
sama kamu , agar dapat perhatian kamu ”. Adam berkata dengan polosnya membuat
aku tercekat harus bersikap seperti apa kepadanya.
“ Aku
mengenal Refa , karena dia adalah teman balap ku. Dulu aku pernah melihat kamu
datang dengan Refa saat ada acara lomba balap. Saat itu aku lagi siap – siap
buat balapan dan aku lihat kamu sama Refa duduk di tribun penonton. Sejenak aku
mengira bahwa kamu adalah pacar Refa. Tapi rasa keingintahuan ku mengalahkan
segalanya. Akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya pada Refa tentang kamu. Dan
kamu tahu ? Kamu tahu bahagianya aku saat aku tahu bahwa kamu hanya sahabat
Refa, apalagi Refa bilang bahwa kamu belum punya pacar. Tapi Refa sangat sayang
sama kamu, dia nggak ingin sahabatnya didekati oleh orang seperti aku, dia
bahkan nggak mau memberi nomer HP mu
padaku. Dia hanya memberitahukan nama dan alamat rumah kamu. Jadi , karena itu
aku mengalihkan perhatianmu dengan cara seperti ini. Maaf ya ? ”. Adam
menjelaskan panjang lebar. Sekali lagi
aku tercekat , sumpah aku bingung harus bersikap apa.
“ Bagaimana ?
sekarang kamu sudah tahu alasan aku kan ? namaku Muhammad Adam Fazahry , umur
20 tahun , hobi merawat motor , kegemaran balapan motor, belum punya pacar dan
sekarang lagi menempuh pendidikan S1 jurusan Sastra Inggris di Universitas
Buana Adidaya ” . Aku tertawa mendengar perkenalan diri Adam yang menurutku
agak sedikit konyol.
“ Sekarang
apa yang kamu inginkan dari aku ? What Do
You Want ? ” . Aku bertanya pada Adam sambil melirik tulisan di kaosnya.
“ Kalau boleh
jujur sejujur jujurnya, aku ingin mencuri hati kamu dan menggantinya dengan
hatiku . Agar kamu tahu perasaan seperti apa yang kini sedang kurasakan ”. Adam
berbicara dengan tatapan serius . Jujur aku sempat membenci diriku sendiri “
mangapa hatiku bisa tersentuh sama Adam? Padahal aku baru saja mengenal Adam
beberapa menit yang lalu ” . Tapi aku masih dapat mengendalikan situasi, tidak
mungkin aku berkata seperti itu kepada Adam.
“ Coba saja
kau curi hatiku , jika kau dapat . Maka kau hebat ” kataku pada Adam sambil
perlahan meninggalkannya sendirian. Dalam beberapa langkah aku menoleh lagi
pada Adam , kulihat dia hanya tersenyum kepadaku. Senyuman Adam malam itu
sungguh membuat aku merasa bodoh dan bingung harus bersikap apa kepada dia.
~****~
“ … cause I was born to tell you I love you and I am torn to do what I have to to make you mine stay with me tonight… ” . Alunan lagu dari Seconhand
Serenade mengalun dari ponselku memberi
tanda bahwa ada panggilan masuk.
“ Hallo , dengan siapa ini?”
“ Dengan sang pencuri hati ” .
Dengan cepat aku dapat menebak siapa pemilik suara itu. Namun aku heran juga ,
mengapa dia bisa telfon aku? Darimana dia mendapat nomerku ? Tanpa basa – basi
aku langsung membrondong dia dengan beberapa pertanyaan.
“ Kamu Adam kan ? Dapat nomerku dari
siapa ? Dari Refa ? Tapi sepertinya nggak mungkin, kan Refa nggak ngasih kamu
nomer ku ” . Adam tertawa mendengar ocehanku.
“ Iya. Refa yang ngasih ke aku .
Sejak aku bilang bahwa usahaku buat kenalan sama kamu berhasil . Maka nggak ada
alasan bagi Refa buat nggak ngasih nomer kamu ke aku. Kan aku sudah berhasil
kenalan sama kamu , hehehe ” . Dasar Refa ! batinku dalam hati.
Semenjak saat itu, hampir setiap
malam aku menikmati waktu dengan bertelfon sama Adam. Tak jarang juga kita
pergi berdua hanya untuk menikmati hembusan angin malam. Menikmati keindahan
kota yang berhiaskan lampu kelap – kelip. Terkadang kita hanya berdiam diri di
Taman Bintang , melihat begitu banyak bintang yang beterbaran dilangit malam. Bintang
– bintang di langit bagaikan berjuta berlian terhampar diatas kain bewarna
hitam. Sungguh menakjubkan . Terkadang dalam diam pun segalanya bisa berubah
menjadi indah dan istimewa. Ya, saat aku sedang bersama Adam.
~****~
Sudah tiga bulan lebih aku menjalani
hubungan tanpa status yang jelas bersama Adam. Terkadang aku berfikir bahwa
sebenarnya Adam tak sungguh – sungguh ingin menjalin hubungan yang serius
denganku. Terkadang aku berfikir bahwa Adam hanya ingin mempermainkan
perasaanku dan dia tak lebih adalah seorang yang suka memberi harapan palsu pada semua wanita. Tapi semua
hipotesa ku rontok ketika pada suatu sore Adam mengajak aku pergi ke Taman
Bintang . Ya , Taman Bintang adalah taman spesial penemuan Adam. Disana
terhampar luas sebuah taman di balik bukit yang tak begitu tinggi . Adam
memberi nama Taman Bintang karena dari
taman itu kita dapat melihat beribu bintang di langit tanpa terhalang oleh
batang – batang pohon yang menjulur.
Sore itu Adam menyatakan cintanya padaku , dia meluapkan segala perasaan
yang selama ini terpendam di hatinya. Di taman itu dan pada sore itu, Taman
Bintang beserta keanekaragaman bunga disana menjadi saksi bisu atas segala
peluapan perasaan dua insan manusia . Perasaan Adam dan perasaanku yang berbaur
menjadi satu membentuk sebuah bayangan samar bernama cinta.
Sejak saat itu aku lebih sering
jalan berdua menikmati setiap menit bersama Adam. Saat - saat itu merupakan saat – saat berharga
yang sangat aku nikmati. Segalanya terasa sangat berarti setiap aku bersama
dia. Adam adalah salah satu anugrah terindah yang Tuhan hadiahkan kepadaku. Aku
bahagia lahir di dunia ini dan dipertemukan dengan Adam.
~****~
Sudah tiga hari ini aku tak
mendengar kabar apapun tentang Adam. Aku bingung, resah dan khawatir. Otakku dipenuhi
rasa curiga bercampur rasa kesal yang menganga. “ Dimana Adamku?” tanyaku dalam
hati. Refa tak tahu menahu soal kabar tentang Adam . Ponsel Adam tak
aktif. SMS – SMS ku tak terkirim. Dengan
perasaan putus asa aku mengirim sebuah pesan singkat terakhir untuk Adam.
“ Kamu dimana? Besok pukul empat
sore temui aku di Taman Bintang. Aku harap kamu bisa datang, karena aku sudah
bingung, lelah dan putus asa. Aku nggak tahu dimana lagi harus mencari kamu.
Aku sungguh berharap kamu dapat menjelaskan alasan kamu mengilang beberapa hari
ini ”
Dengan semangat – semangat terakhir
ku kirimkan pesan itu ke nomer Adam. Aku tidak peduli apakah pesan itu dapat
terkirim atau hanya tersangkut di kabel jaringan. Yang pasti besok sore aku
akan pergi menunggu Adam di hamparan Taman Bintang.
~****~
Sudah satu jam berlalu aku menunggu
Adam di Taman Bintang. Tapi tak kulihat ada tanda – tanda kehadirannya. Sering
kali kulihat arah jam di tanganku. Tapi tetap saja , waktu tetap saja berlalu
tanpa kulihat sosok seorang Adam. Dengan segala kekesalanku, aku mengambil
sebuah kertas dan kucorat coret dengan tulisan-tulisan yang dapat mewakili
luapan emosiku.
“ Kamu pergi kemana ? apakah hari ini kamu tak datang ? apa kamu tidak
tahu bahwa aku sedang rindu kamu . Aku akan terus menunggu kamu. Bahkan hingga
bintang – bintang bertaburan dilangit malam. Aku hanya ingin kamu ada disini.
Adam , apakah kamu sudah tak mau
lagi menjalani kisah denganku ? Jika iya , mengapa kamu tak datang untuk
menjelaskan semua kepadaku ? Biar sekalian hatiku robek dan aku dapat pergi ,
pergi perlahan menjauh darimu dan melanjutkan sisa – sisa hidupku …. ”
Belum sempat kuungkapkan semua
luapan perasaanku , tiba – tiba aku mendengar langkah – langkah kecil seorang
manusia. Aku menoleh dengan segala harapan. Berharap bahwa langkah itu adalah
langkah kaki Adam.
“ Ren, maaf ya aku membuat kamu
menunggu ” . Suara Adam bagai oase di padang pasir , menyegarkan dan
memberi ketenangan di hatiku.
“ Kamu darimana ? Kamu sakit ? Wajah
kamu pucat ”. Adam datang dengan membawa sebuah helm ditangannya. Dia
mengenakan kaos yang bertuliskan What Do
You Want. Kaos yang ia kenakan saat pertama kali kita bertemu. Tapi kali
ini dia agak berbeda. Tubuhnya tak sesehat terakhir kali kita bertemu. Wajahnya
pucat dan ia tampak kesakitan.
“ Nggak kok, aku baik – baik saja.
Seperti biasa . Seperti saat kita terakhir bertemu ”. Adam menjelaskan dengan
suara agak parau.
“ Ren , maaaf aku nggak bisa lama –
lama disini. Aku nggak bisa menghabiskan waktu bersama kamu. Ada urusan penting
yang nggak bisa aku tinggalkan. Maaf beberapa hari ini aku menghilang dan membuat kamu khawatir. Aku baik – baik
saja jadi kamu nggak perlu khawatir. Jaga diri kamu baik- baik dan jangan
sampai telat makan.
Ren , kamu dulu pernah meminta aku agar
mengenalkan kamu pada adik perempuanku dan maaf sampai saat ini aku belum bisa
mengenalkannya. Tapi aku yakin sebentar lagi pasti kamu akan bertemu dengan
adikku . Kamu bisa kenalan sendiri kan ? ” . Adam menjelaskan panjang lebar dan
hanya sedikit yang dapat aku pahami. Kata – kata Adam tidak seperti biasanya .
Entah mengapa aku merasa kata - kata
Adam bagai kata – kata perpisahan . Seakan – akan ini adalah pertemuan terakhir
bagi kita. Tanpa sempat aku membalas perkataan Adam , kurasakan Adam mencium
keningku. Ciuman itu membuat aku
bagaikan terkena siraman air es , beku. Aku tak sanggup bergerak, hanya
degup jantungku yang kurasakan semakin
cepat. Beberapa detik kemudian kuilihat Adam pergi menjauh
meninggalkanku. Dia menjauh perlahan sambil membawa helm di tangannya. Aku
masih tak dapat mengendalikan diriku. Ingin sekali aku berlari dan memeluk
tubuhnya. Tapi aku tak sanggup . Ini terlalu membahagiakan bagiku.
~****~
Di depan gerbang rumahku kulihat
sosok seorang gadis . Dia mengenakan celana jeans hitam dan cardigan ungu.
Rambutnya yang agak panjang dibiarkannya terurai. Dari perawakannya kurasa ia
masih berumur 15 atau 16 tahun.
“ Maaf , kamu kak Rena kan? ”. Dia
melontarkan sebuah pertanyaan kepadaku saat aku tiba di depan gerbang rumahku.
“ Iya , kamu siapa ya ? kok tahu
namaku? ”
“ Aku Lola kak, adiknya Mas Adam ” .
Aku tidak mengira bahwa ucapan Adam tadi sore menjadi kenyataan. Aku berfikir
mungkin Adam yang merencanakan ini semua, sehingga aku dapat bertemu dengan
adiknya malam ini.
“
Oh jadi kamu yang namanya Lola. Senang berjumpa dengan kamu ” . Aku menjulurkan
tangan ku untuk berjabat tangan dengan dia. Tapi dia hanya diam , aku merasa
dia sedikit ragu sama aku. Aku mencoba untuk menenangkan hatinya dan
mengilangkan keraguannya padaku.
“ Kamu kenapa Lola? Apakah kamu
tidak ingin berkenalan denganku? ”
“ Oh maaf kak. Bukan begitu. Lola
bingung harus berkata apa pada kak Rena. Lola bingung ngasih tahunya harus
darimana ”. Kulihat raut wajah Lola yang kebingungan dan gugup. Tubuhnya yang
dekat denganku membuat aku bisa melihat tetesan – tetesan air mata di pipinya.
“ Kamu kenapa Lola? ”
“ Kak Rena, apa kak Rena tahu kalau
sebenarnya Mas Adam sudah nggak ada. Dia mengalami kecelakaan saat lomba balap empat
hari yang lalu. Maaf aku nggak bisa ngasih tahu kak Rena saat itu. Padahal pada
saat – saat terkhir sebelum kepergiannya, mas Adam sempat berpesan kepadaku
agar segera memberitahu kakak. Saat itu aku bingung harus bersikap seperti apa.
Aku dan keluarga mengalami kedukaan yang dalam,
jadi maafkan kami nggak bisa memberi kabar ke kak Rena saat itu juga ” .
Persendianku terasa patah saat mendengar penjelasan dari Lola. Otakku terasa
mati . Tak dapat berfikir apapun. Semua ini terasa mimpi. Tadi sore aku baru
saja bertemu Adam. Bahkan ciuman di keningku masih terasa hangat. Dengan sisa –
sisa tenaga aku berusaha membuka mulutku dan mempertanyakan semua ini pada
Lola.
“ Maksud kamu Adam sudah meninggal ?
Sejak kapan ? ”
“ Iya kak, sudah tiga hari yang lalu
”
“ Nggak …. , nggak mungkin ” . Kuingat hanya kata – kata itu yang terakhir
kali ku ucapkan. Setelah itu ku rasakan tubuhku terjatuh membentur aspal
komplek. Aku tak dapat melihat apapun, selain gelap. Hanya gelap yang
menyelimuti penglihatanku.
Oleh : Rafita Apriliana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar