No.
|
Puisi
|
Keterangan
|
1.
|
Judul: Perahu Kertas (1982)
Isi : Puisi yang
berjudul Perahu Kertas berisikan tentang pengabdian umat manusia kepada
Tuhanya yang dicontohkan dengan perilaku anak kecil. Masa kanak-kanak merupakan masa
yang paling indah dalam memori. Pada
masa itu, manusia melakukan sesuatu sesuai dengan hati nurani tanpa
dipengaruhi unsur lain. Semua dilakukan dengan penuh keikhlasan dan
kepolosan. Setelah dewasa, seseorang akan rindu pada masa kecilnya. Begitu
pula dengan umat manusia, ketika sudah diakhirat, ia akan rindu dengan
dunianya. Segala yang dilakukan selama di dunia tidak seperti cerminan
perilaku anak kecil yang dicontohkan penyair dalam puisi ini yaitu semasa hidup
tidak mempergunakan waktu atau kesempatan dengan niatan yang baik.
Perahu
kertas dilambangkan sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya. Manusia telah
menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan Tuhannya, tetapi diterima
atau tidak pengabdian tersebut bergantung niat yang ditanamkan dalam diri
manusia itu sendiri. Dalam puisi ini diibaratkan sebuah perahu yang berlayar
di lautan lepas, angin dan gelombang sangat menentukan sampai tidaknya perahu
itu pada suatu tujuan.
Dalam puisi ini, penyair berusaha menyampaikan isi
pikirannya tentang pengabdian manusia kepada Tuhannya yang selayaknya seperti
perilaku seorang anak kecil yaitu penuh kepolosan, keikhlasan, dan dilandasi
niat yang tulus. Selain itu, di dalam puisi ini terdapat cerita rakyat yaitu
penyair memasukkan kisah Nabi Nuh yang pada saat itu menyelamatkan umat
manusia dari banjir besar
.
Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,
“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir
besar dan kini terdampar di sebuah bukit.”
Pada sajak diatas, selain menceritakan
tentang cerita rakyat, perahu yang telah digunakan juga dapat diibaratkan
sebagai pengabdian yang tulus ikhlas, sehingga kelak di akhirat pengabdian
tersebut akan membuahkan hasil yang baik pula, dan dapat menolong dirinya
sendiri di akhirat.
|
5 kali baca
|
2.
|
Judul : Tuan (1982)
Isi : Pada puisi yang berjudul Tuan merupakan sebuah puisi yang
menceritakan bahwa kelak semua manusia pasti akan bertemu Tuhannya atau
menemui kematiannya. Pada kata saya
penulis mengibaratkan dirinya sendiri sebagai saya. Namun, tidak hanya penulis saja yang di ibaratkan sebagai saya, tetapi setiap umat manusia juga
dapat di ibaratkan sebagai saya. Di
dalam puisi itu dijelaskan bahwa manusia hidup didunia hanya untuk sementara,
kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan sesudah mati yaitu di akhirat
kelak. Pada sajak Tuan Tuhan, bukan? Tunggu
sebentar melukiskan bahwa manusia akan mati, tetapi menunggu waktu dan
saat yang tepat yang telah ditakdirkan.
|
7 kali baca
|
Rabu, 03 April 2013
Analisis Puisi Sapardi Djoko Darmono
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar