Sabtu, 30 Maret 2013

Sinopsis Novel Sitti Nurbaya


Novel Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) karya Marah Rusli meceritakan tentang kisah cinta anak muda yang kandas dan terpaksa menikah dengan orang ketiga karena ayahnya tidak bisa membayar hutang. Anak muda itu tidak lain yaitu Samsulbahri anak tunggal dari Sutan Mahmud Syah dengan Sitti Maryam yang termasuk salah seorang bangsawan yang cukup terkenal di Padang. Satunya adalah sahabat Samsulbahri yang bernama Sitti Nurbaya, putri tunggal dari seorang Saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Samsulbahri, dan ibunya meninggal sejak ia masih kecil. Hubungan keluarga Sutan Mahmud dan keluarga Baginda Sulaiman sangatlah baik, begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Hubungan keduannya sangatlah erat, karena mereka berteman sejak kecil. Mereka mempunyai dua orang sahabat yang bernama Zainularifin dan Bakhtiar. Keempat anak muda itu selalu bersama-sama. Hubungan persahabatan yang sangat akrab dan dekat antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya pun berubah menjadi cinta. Benih-benih cinta mereka muncul saat Samsulbahri akan pergi ke Jakarta untuk meneruskan sekolahnya.
Ketika Samsulbahri sedang di Jakarta, terceritakan seorang saudagar yang kaya raya yang kikir, kejam, sombong, dan gila harta yang bernama Datuk Maringgih. Ia menganggap bahwa Baginda Sulaiman adalah saingannnya sehingga ia menghancurkan dan menjatuhkan Baginda Sulaiman dengan cara membakar toko-toko dan menhancurkan harta-harta Baginda Sulaiman dengan carayang licik. Semua hartanya habis, usahanya pun selalu gagal dan akhirnya Baginda Sulaiman jatuh miskin. Baginda Sulaiman tidak mengetahui bahwa Datuk Maringgih yang menjatuhkannya dari belakang, sehingga ia pun meminjam uang kepada Datuk Maringgih. Datuk Maringgih merasa bangga saat Baginda Sulaiman meminjam uang kepadanya karena itulah yang ia inginkan. Lalu Datuk Maringgih memberi pinjaman uang itu harus dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat waktunya, Baginda Sulaiman tidak dapat melunasi hutangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika hutangnya tidak segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya. Baginda Sulaiman tidak mau kalau Sitti Nurbaya menjadi istri Datuk Maringgih, ia lebih memilih dipenjara dari pada melihat anaknya menikah dengan Datuk Maringgih. Namun, saat itu Sitti Nurbaya tidak tega melihat ayahnya dipenjarakan, sehingga ia pun memutuskan untuk menjadi istri muda Datuk Maringgih walaupun dalam hatinya ia tidak sudi.
Datanglah sepucuk surat Sitti Nurbaya ke tangan Samsulbahri yang memberitahukan bahwa ia telah menikah dengan Datuk Maringgih. Samsulbahri merasa prihatin, sedih, tak berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukannnya mendengar semua itu, dan tak lama kemudian merebahkan badannya di tempat tidur. Setelah sekian lamanya ia di Jakarta, akhirnya ia pun pulang ke Padang, karena rasa cintanya kepada Sitti nurbaya yang begitu besar. Pada saat ia menjenguk Baginda Sulaiman yang sedang sakit, ia bertemu dengan Sitti Nurbaya disitulah mereka saling menceritakan kehidupan mereka.
Pada saat itu datanglah Datuk Meringgih. Sifatnya yang kejam dan selalu berprasangka buruk, tentu saja menyangka bahwa Sitti dan Samsul telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal itu, berusaha membela diri dari tuduhan Datuk Meringgih. Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan. Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga hingga meninggal dunia. Samsulbahri kemudian diusir oleh ayahnya karena perbuatan Samsulbahri dianggap telah mempermalukannya. Dengan terpaksa Samsulbari meninggalkan Padang dan kembali ke Jakarta. Sejak ayahnya meninggal Sitti Nurbaya tinggal bersama saudaranya yang bernama Alimah karena ia tidak mau tunduk lagi kepada Datuk Maringgih.
Siti Nurabaya selalu teringat akan Samsulbahri, ia berniat menyusulnya ke Jakarta bersama Pak Ali, setelah sampai di Jakarta Sitti Nurbaya harus kembali pulang karena ia difitnah Datuk Maringgih telah mencuri perhiasannya. Namun, Siti Nurbaya tidak bersalah, sehingga ia bebas dari tuduhan itu. Rupanya Datuk Maringgih tidak puas dengan fitnahannya. Ia menyuruh anak buahnya untuk menjual makanan kepada Sitti Nurbaya. Ternyata makanan itu beracun, dan akhirnya Siti Nurbaya pun meninggal. Tak berapa lama kemudian ibu Samsulbahri meninggal karena sakit.
Mendengar berita kematian itu, samsulbahri sempat putus asa. Ia mencoba bunuh diri, tetapi digagalkan oleh Zainularifin sahabatnya. Namun, di kota Padang Samsulbahri dikabarkan telah meninggal, karena waktu itu ia telah ditembak Datuk Meringgih, tetapi dikira telah mati. Lalu Samsulbahri meminta pihak rumah sakit untuk merahasiakan bahwa ia masih hidup. Sepuluh tahun telah berlalu dan Samsulbahri bergabung dengan anggota kompeni. Akhirnya ia menjadi serdadu kompeni dengan pangkat letnan. Ia lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya ia tidak ingin mengabdi kepada kompeni, tetapi hal ini disebabkan oleh rasa kesedihan yang amat mendalam karena meninggalnya orang-orang yang dicintainya. Letnan Mas mendapat tugas untuk memimpin pasukannya meredam pemberontakan di kota Padang, pemberontakan ini disebut perang Blasting dimana pemerintah meminta uang atau pajak kepada rakyat dan rakyat menolaknya. Dan ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.
Dalam pertempuran melawan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup sengit. Namun, akhirnya ia berhasil mengalahkannya, dan Datuk Maringgih pun tertembak, dan akhirnya meninggal. Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang Datuk Meringgih. Kemudian Letnan Mas dirawat di rumah sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Letnan meminta dokter yang merawatnya untuk mengabulkan permintaannya yaitu bertemu dengan Sutan Mahmud, dan dua jam kemudian bertemulah Letnan Mas itu dengan ayahnya. Pertemuan yang mengharukan itu menjadi pertemuan yang terakhir bagi keduanya. Kepada ayahnya ia menyatakan bahwa ia adalah Samsulbahri kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya dihadapan ayahnya dan ia meminta dikuburkan disebelah makan ibunya Sitti Maryan dan kekasihnya Sitti Nurbaya. Beberapa harinya pergilah Sutan Mahmud ke rahmatuallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar