Sabtu, 04 Mei 2013

BUMI MANUSIA

Karya Pramoedya Ananta Toer

Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer merupakan sebuah novel yang mengisahkan sebuah percintaan tentang seorang pemuda keturunan Priyayi Jawa dengan seorang gadis keturunan Belanda yang berujung tragis, dan novel ini juga menceritakan tentang perjuangannya di tengah pergerakan Indonesia pada awal abad ke-20. Pemuda itu bernama Minke, seorang pribumi yang mempunyai pola pikir layaknya seorang Eropa. Dia memang bukanlah keturunan pribumi biasa, dalam darahnya masih mengalir darah para raja Jawa. Dia adalah pemuda yang cerdas, penyuka sastra, berbeda dengan pemuda lainnya pada zamannya. Dia mempunyai teman bernama Robert Suurhof, dan temannya tersebut memperkenalkan seorang gadis kepadanya. Gadis itu bernama Annelis Mellema. Dia seorang yang cantik, manja dan tidak seperti abangnya Robert Mallema. Sifat yang dimiliki Annelis pun tidak sama dengan abangnya. Abangnya seorang yang merasa bahwa dirinya berasal dari darah Belanda tulen yang tidak perduli dengan kaum pribumi, sedangkan Annelis walaupun keturunan dari Belanda, tetapi dia tetap menghargai kaum pribumi dan mengakui ibunya yang berasal dari kaum pribumi.
Minke sebagai tokoh utamanya, adalah seorang pelajar HBS, sekolah menengah Belanda yang bergengsi di zaman itu. Sejak diperkenalkan temannya Robert Suurhof, Minke lantas berpacaran dengan Annelies Mellema, seorang gadis Indo Belanda. Anak Herman Mellema dengan Nyai Ontosoroh alias Sanikem. Herman Mellema pernah menjadi administratur pabrik gula Tulangan. Selanjutnya dia memilih berbisnis di Wonokromo. Meskipun orang desa, Sanikem cerdas, cekatan dan ambisius, sehingga dia mampu mengelola usaha suaminya, Boerderij Buitenzorg, menjadi sebuah perusahaan peternakan yang maju pesat.
Setelah lulus dari HBS Minke menikah dengan Annelies Mellema. Sayang kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu hari datang Maurits Mellema, anak Herman Mellema dengan istri pertamanya di Nederland. Dia marah marah dan menuntut hak haknya yang dirasa dirampas bapaknya. Pertemuan tidak terduga itu mengguncangkan Herman Mellema dan akhirnya dia lari ke alkohol dan prostitusi. Pukulan berikut tertuju kepada nyai Ontosoroh, Minke dan Annelies. Pengadilan Amsterdam tidak mengakui Ontosoroh sebagai istri dan menetapkan penyitaan harta Herman Mellema dari Ontosoroh. Mereka juga memerintahkan pengasuhan Annelies kepada Maurits dan tidak mengakui pernikahan Annelies dengan Minke. Oleh karena itu, Annelies harus dipindah ke Nederland. Vonis ini menimbulkan protes keras. Eksekusi vonis menimbulkan pertumpahan darah. Pengawal Nyai melawan dengan senjata, sehingga pemerintah Belanda memakai polisi dan marsose. Akhirnya Annelies dibawa paksa ke Belanda.
Pramoedya Ananta Toer dalam novel ini berhasil menunjukkan kejahatan kolonialisme seperti diskriminasi ras, hukum yang kejam dan tidak adil, egois, tidak manusiawi, buta terhadap realitas sosial, tidak bermoral. Monogami juga tidak selalu lebih baik dari pada poligami, karena monogami juga hak-hak Nyai (sebagai seorang istri) diinjak-injak. Jika, mereka penganut poligami, maka hak-hak Nyai akan dilindungi. Paling tidak dia akan diakui sebagai seorang istri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar