Karya Pramoedya
Ananta Toer
Novel
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta
Toer merupakan sebuah novel yang mengisahkan sebuah percintaan tentang seorang pemuda keturunan Priyayi Jawa dengan seorang gadis keturunan Belanda yang berujung tragis, dan novel ini juga menceritakan tentang
perjuangannya di tengah pergerakan Indonesia pada awal abad ke-20. Pemuda itu bernama
Minke, seorang pribumi yang mempunyai pola pikir layaknya seorang Eropa. Dia
memang bukanlah keturunan pribumi biasa, dalam darahnya masih mengalir darah
para raja Jawa. Dia adalah pemuda yang cerdas, penyuka sastra, berbeda dengan
pemuda lainnya pada zamannya. Dia mempunyai teman bernama Robert Suurhof, dan
temannya tersebut memperkenalkan seorang gadis kepadanya. Gadis itu bernama Annelis Mellema.
Dia seorang yang cantik, manja dan tidak seperti abangnya Robert Mallema. Sifat
yang dimiliki Annelis pun tidak sama dengan abangnya. Abangnya seorang yang
merasa bahwa dirinya berasal dari darah Belanda tulen yang tidak perduli dengan
kaum pribumi, sedangkan Annelis walaupun keturunan dari Belanda, tetapi dia
tetap menghargai kaum pribumi dan mengakui ibunya yang berasal dari kaum
pribumi.
Minke
sebagai tokoh utamanya, adalah seorang pelajar HBS, sekolah menengah Belanda
yang bergengsi di zaman itu. Sejak diperkenalkan temannya Robert Suurhof, Minke
lantas berpacaran dengan Annelies Mellema, seorang gadis Indo Belanda. Anak
Herman Mellema dengan Nyai Ontosoroh alias Sanikem. Herman Mellema pernah
menjadi administratur pabrik gula Tulangan. Selanjutnya dia memilih berbisnis
di Wonokromo. Meskipun orang desa, Sanikem cerdas, cekatan dan ambisius,
sehingga dia mampu mengelola usaha suaminya, Boerderij Buitenzorg, menjadi
sebuah perusahaan peternakan yang maju pesat.
Setelah
lulus dari HBS Minke menikah dengan Annelies Mellema. Sayang kebahagiaan mereka
tidak berlangsung lama. Suatu hari datang Maurits Mellema, anak Herman Mellema
dengan istri pertamanya di Nederland. Dia marah marah dan menuntut hak haknya
yang dirasa dirampas bapaknya. Pertemuan tidak terduga itu mengguncangkan
Herman Mellema dan akhirnya dia lari ke alkohol dan prostitusi. Pukulan berikut
tertuju kepada nyai Ontosoroh, Minke dan Annelies. Pengadilan Amsterdam tidak
mengakui Ontosoroh sebagai istri dan menetapkan penyitaan harta Herman Mellema
dari Ontosoroh. Mereka juga memerintahkan pengasuhan Annelies kepada Maurits
dan tidak mengakui pernikahan Annelies dengan Minke. Oleh karena itu, Annelies
harus dipindah ke Nederland. Vonis ini menimbulkan protes keras. Eksekusi vonis
menimbulkan pertumpahan darah. Pengawal Nyai melawan dengan senjata, sehingga
pemerintah Belanda memakai polisi dan marsose. Akhirnya Annelies dibawa paksa
ke Belanda.
Pramoedya
Ananta Toer dalam novel ini berhasil menunjukkan kejahatan kolonialisme seperti
diskriminasi ras, hukum yang kejam dan tidak adil, egois, tidak manusiawi, buta
terhadap realitas sosial, tidak bermoral. Monogami juga tidak selalu lebih baik
dari pada poligami, karena monogami juga hak-hak Nyai (sebagai seorang istri)
diinjak-injak. Jika, mereka penganut poligami, maka hak-hak Nyai akan
dilindungi. Paling tidak dia akan diakui sebagai seorang istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar