Novel
Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
karya Marah Rusli meceritakan tentang kisah cinta anak muda yang kandas dan
terpaksa menikah dengan orang ketiga karena ayahnya tidak bisa membayar hutang.
Anak muda itu tidak lain yaitu Samsulbahri anak tunggal dari Sutan Mahmud Syah dengan
Sitti Maryam yang termasuk salah seorang bangsawan yang cukup terkenal di
Padang. Satunya adalah sahabat Samsulbahri yang bernama Sitti Nurbaya, putri
tunggal dari seorang Saudagar kaya bernama Baginda Sulaiman yang rumahnya
bersebelahan dengan rumah Samsulbahri, dan ibunya meninggal sejak ia masih
kecil. Hubungan keluarga Sutan Mahmud dan keluarga Baginda Sulaiman sangatlah
baik, begitu pula hubungan Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Hubungan keduannya sangatlah
erat, karena mereka berteman sejak kecil. Mereka mempunyai dua orang sahabat
yang bernama Zainularifin dan Bakhtiar. Keempat anak muda itu selalu
bersama-sama. Hubungan persahabatan yang sangat akrab dan dekat antara
Samsulbahri dan Sitti Nurbaya pun berubah menjadi cinta. Benih-benih cinta
mereka muncul saat Samsulbahri akan pergi ke Jakarta untuk meneruskan
sekolahnya.
Ketika
Samsulbahri sedang di Jakarta, terceritakan seorang saudagar yang kaya raya
yang kikir, kejam, sombong, dan gila harta yang bernama Datuk Maringgih. Ia
menganggap bahwa Baginda Sulaiman adalah saingannnya sehingga ia menghancurkan
dan menjatuhkan Baginda Sulaiman dengan cara membakar toko-toko dan
menhancurkan harta-harta Baginda Sulaiman dengan carayang licik. Semua hartanya
habis, usahanya pun selalu gagal dan akhirnya Baginda Sulaiman jatuh miskin.
Baginda Sulaiman tidak mengetahui bahwa Datuk Maringgih yang menjatuhkannya dari
belakang, sehingga ia pun meminjam uang kepada Datuk Maringgih. Datuk Maringgih
merasa bangga saat Baginda Sulaiman meminjam uang kepadanya karena itulah yang
ia inginkan. Lalu Datuk Maringgih memberi pinjaman uang itu harus dilunasi
dalam waktu tiga bulan. Pada saat waktunya, Baginda Sulaiman tidak dapat
melunasi hutangnya. Tentu saja Datuk Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas
kasihan, ia mengancam akan memenjarakan Baginda Sulaiman jika hutangnya tidak
segera dilunasi, kecuali apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri
mudanya. Baginda Sulaiman tidak mau kalau Sitti Nurbaya menjadi istri Datuk
Maringgih, ia lebih memilih dipenjara dari pada melihat anaknya menikah dengan
Datuk Maringgih. Namun, saat itu Sitti Nurbaya tidak tega melihat ayahnya
dipenjarakan, sehingga ia pun memutuskan untuk menjadi istri muda Datuk
Maringgih walaupun dalam hatinya ia tidak sudi.
Datanglah
sepucuk surat Sitti Nurbaya ke tangan Samsulbahri yang memberitahukan bahwa ia
telah menikah dengan Datuk Maringgih. Samsulbahri merasa prihatin, sedih, tak
berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukannnya mendengar semua itu, dan tak
lama kemudian merebahkan badannya di tempat tidur. Setelah sekian lamanya ia di
Jakarta, akhirnya ia pun pulang ke Padang, karena rasa cintanya kepada Sitti
nurbaya yang begitu besar. Pada saat ia menjenguk Baginda Sulaiman yang sedang sakit,
ia bertemu dengan Sitti Nurbaya disitulah mereka saling menceritakan kehidupan
mereka.
Pada
saat itu datanglah Datuk Meringgih. Sifatnya yang kejam dan selalu berprasangka
buruk, tentu saja menyangka bahwa Sitti dan Samsul telah melakukan perbuatan yang
tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak melakukan hal itu, berusaha
membela diri dari tuduhan Datuk Meringgih. Pertengkaran pun tak dapat
dihindarkan. Pada saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang
ke tempat kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari
tangga hingga meninggal dunia. Samsulbahri kemudian diusir oleh ayahnya karena
perbuatan Samsulbahri dianggap telah mempermalukannya. Dengan terpaksa
Samsulbari meninggalkan Padang dan kembali ke Jakarta. Sejak ayahnya meninggal
Sitti Nurbaya tinggal bersama saudaranya yang bernama Alimah karena ia tidak
mau tunduk lagi kepada Datuk Maringgih.
Siti
Nurabaya selalu teringat akan Samsulbahri, ia berniat menyusulnya ke Jakarta
bersama Pak Ali, setelah sampai di Jakarta Sitti Nurbaya harus kembali pulang
karena ia difitnah Datuk Maringgih telah mencuri perhiasannya. Namun, Siti
Nurbaya tidak bersalah, sehingga ia bebas dari tuduhan itu. Rupanya Datuk
Maringgih tidak puas dengan fitnahannya. Ia menyuruh anak buahnya untuk menjual
makanan kepada Sitti Nurbaya. Ternyata makanan itu beracun, dan akhirnya Siti
Nurbaya pun meninggal. Tak berapa lama kemudian ibu Samsulbahri meninggal
karena sakit.
Mendengar
berita kematian itu, samsulbahri sempat putus asa. Ia mencoba bunuh diri,
tetapi digagalkan oleh Zainularifin sahabatnya. Namun, di kota Padang Samsulbahri
dikabarkan telah meninggal, karena waktu itu ia telah ditembak Datuk Meringgih,
tetapi dikira telah mati. Lalu Samsulbahri meminta pihak rumah sakit untuk merahasiakan
bahwa ia masih hidup. Sepuluh tahun telah berlalu dan Samsulbahri bergabung
dengan anggota kompeni. Akhirnya ia menjadi serdadu kompeni dengan pangkat
letnan. Ia lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya ia tidak ingin
mengabdi kepada kompeni, tetapi hal ini disebabkan oleh rasa kesedihan yang
amat mendalam karena meninggalnya orang-orang yang dicintainya. Letnan Mas
mendapat tugas untuk memimpin pasukannya meredam pemberontakan di kota Padang,
pemberontakan ini disebut perang Blasting dimana pemerintah meminta uang atau pajak
kepada rakyat dan rakyat menolaknya. Dan ternyata pemberontakan yang terjadi di
Padang itu didalangi oleh Datuk Meringgih.
Dalam
pertempuran melawan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup
sengit. Namun, akhirnya ia berhasil mengalahkannya, dan Datuk Maringgih pun
tertembak, dan akhirnya meninggal. Letnan Mas luka parah terkena sabetan pedang
Datuk Meringgih. Kemudian Letnan Mas dirawat di rumah sakit. Pada saat itulah
timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan ayahnya. Letnan meminta
dokter yang merawatnya untuk mengabulkan permintaannya yaitu bertemu dengan
Sutan Mahmud, dan dua jam kemudian bertemulah Letnan Mas itu dengan ayahnya. Pertemuan
yang mengharukan itu menjadi pertemuan yang terakhir bagi keduanya. Kepada
ayahnya ia menyatakan bahwa ia adalah Samsulbahri kemudian ia menghembuskan
nafas terakhirnya dihadapan ayahnya dan ia meminta dikuburkan disebelah makan
ibunya Sitti Maryan dan kekasihnya Sitti Nurbaya. Beberapa harinya pergilah
Sutan Mahmud ke rahmatuallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar