Persepsi
ujaran atau adalah proses yang membawa sensasi yang dihasilkan oleh gelombang
bunyi pada sistem pendengaran serta menghasilkan gambaran pengertian pemahaman
terhadap karakteristik-karakteristik linguistik ucapan tersebut
Sumber
dari bunyi adalah paru-paru. Semua bunyi yang dibuat dengan udara melalui
hidung disebut bunyi nasal. Sementara itu, bunyi yang udaranya keluar melewati
mulut dinamakan oral. Pada mulut terdapat dua bagian: bagian atas dan bagian
bawah mulut. Bagian atas mulut umumnya tidak bergerak sedangkan bagian bawah
mulut bisa digerakkan. Bagian-bagian ini yaitu bibir, gigi, alveolar, palatal
keras, palatal lunak uvula, lidah, pita suara, faring, rongga hidung, dan
rongga mulut.
Persepsi
terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia karena ujaran
merupakan suatu aktivitas verbal yang meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas
antara satu kata dengan kata yang lain.
Di samping itu,
suatu bunyi juga tidak diucapkan secara persis sama tiap kali bunyi itu muncul.
Bagaimana suatu bunyi diucapkan dipengaruhi oleh lingkungan di mana bunyi itu
berada. Dalam rangka
memahami bagaimana manusia mempersepsi bunyi sehingga akhirnya nanti bisa
terbentuk komprehensi, para ahli psikolinguistik mengemukakan model-model
teoritis yang diharapkan dapat menerangkan bagaimana proses persepsi itu
terjadi. Sampai saat ini ada empat model teoritis yang telah diajukan yaitu model teori motor untuk persepsi ujaran, model
analisis dengan sintesis, fuzzy logical model, model cohort, dan model trace.
Pada
dasarnya ada tiga tahap dalam pemrosesan persepsi bunyi (Clark dan Clark dalam
Dardjowidjojo, 2012:49):
1.
Tahap
auditori: Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong. Ujaran ini
kemudian ditanggapi dari segi fitur akustiknya. Konsep-konsep seperti titik
artikulasi, cara artikulasi, fitur distingtif, dan VOT sangat bermanfaat di
sini karena ihwal seperti inilah yang memisahkan satu bunyi dari bunyi yang
lain. Bunyi-bunyi dalam ujaran itu kita simpan dalam memori auditori kita.
2.
Tahap fonetik : Bunyi-bunyi itu kemudian kita
identifikasi. Dalam proses mental kita,kita lihat, misalnya apakah bunyi
tersebut [+konsonantal], [+vois], [+nasal], dst. Begitu pula lingkungan bunyi
itu : apakah bunyi tadi diikuti oleh vokal atau oleh konsonan. Kalau oleh
vokal, vokal macam apa – vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, vokal
rendah, dsb. Seandainya ujaran itu adalah Bukan nangka , maka mental
kita menganalisis bunyi /b/ terlebih dahulu dan menentukan bunyi apa yang kita
dengar itu dengan memperhatikan hal-hal seperti titik artikulasi, cara
artikulasi, dan fitur distingtifnya. Kemudian VOTnya juga diperhatikan karena
VOT inilah yang akan menetukan kapan getaran pada pita suara itu terjadi.
Namun demikian, sebagai pendengar kita
tetap saja dapat menentukan bahwa kedua bunyi /p/ yang secara fonetik berbeda
merupakan satu bunyi yang secara fonemik sama. Karena itulah maka betapa pun
berbedanya lafal suatu bunyi, pendengar akan tetap menganggapnya sama apabila
perbedaan itu merupakan akibat dari adanya bunyi lain yang mempengaruhinya.
Dengan kata lain, alofon-alofon suatu bunyi akan tetap dianggap sebagai satu
fonem yang sama.
Persepsi terhadap suatu bunyi dalam
deretan bunyi bisa pula dipengaruhi oleh kecepatan ujaran. Suatu bunyi yang
diucapkan dengan bunyi-bunyi yang lain secara cepat akan sedikit banyak berubah
lafalnya. Akan tetapi, sebagai pendengar kita tetap saja dapat memilah-milihnya
dan akhirnya menentukannya. Pengetahuan kita sebagai penutur bahasa membantu
kita dalam proses persepsi.
Faktor lain yang membantu kita dalam
mempersepsi suatu ujaran adalah pengetahuan kita tentang sintaksis maupun
semantik bahasa kita. Suatu bunyi yang terucap dengan tidak jelas dapat diterka
dari wujud kalimat di mana bunyi itu terdapat.
DAFTAR
PERTANYAAN
1.
Faktor apa sajakah yang membantu kita
dalam mempersepsi suatu ujaran? Jelaskan!
2.
Jelaskan yang dimaksud tahap auditori
ujaran!
thanks mbk
BalasHapus