Sabtu, 04 Mei 2013

PERSEPSI UJARAN MANUSIA


Persepsi ujaran atau adalah proses yang membawa sensasi yang dihasilkan oleh gelombang bunyi pada sistem pendengaran serta menghasilkan gambaran pengertian pemahaman terhadap karakteristik-karakteristik linguistik ucapan tersebut
Sumber dari bunyi adalah paru-paru. Semua bunyi yang dibuat dengan udara melalui hidung disebut bunyi nasal. Sementara itu, bunyi yang udaranya keluar melewati mulut dinamakan oral. Pada mulut terdapat dua bagian: bagian atas dan bagian bawah mulut. Bagian atas mulut umumnya tidak bergerak sedangkan bagian bawah mulut bisa digerakkan. Bagian-bagian ini yaitu bibir, gigi, alveolar, palatal keras, palatal lunak uvula, lidah, pita suara, faring, rongga hidung, dan rongga mulut.
Persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia karena ujaran merupakan suatu aktivitas verbal yang meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain.
Di samping itu, suatu bunyi juga tidak diucapkan secara persis sama tiap kali bunyi itu muncul. Bagaimana suatu bunyi diucapkan dipengaruhi oleh lingkungan di mana bunyi itu berada. Dalam rangka memahami bagaimana manusia mempersepsi bunyi sehingga akhirnya nanti bisa terbentuk komprehensi, para ahli psikolinguistik mengemukakan model-model teoritis yang diharapkan dapat menerangkan bagaimana proses persepsi itu terjadi. Sampai saat ini ada empat model teoritis yang telah diajukan yaitu model teori motor untuk persepsi ujaran, model analisis dengan sintesis, fuzzy logical model, model cohort, dan model trace.
Pada dasarnya ada tiga tahap dalam pemrosesan persepsi bunyi (Clark dan Clark dalam Dardjowidjojo, 2012:49):
1.       Tahap auditori: Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong demi sepotong. Ujaran ini kemudian ditanggapi dari segi fitur akustiknya. Konsep-konsep seperti titik artikulasi, cara artikulasi, fitur distingtif, dan VOT sangat bermanfaat di sini karena ihwal seperti inilah yang memisahkan satu bunyi dari bunyi yang lain. Bunyi-bunyi dalam ujaran itu kita simpan dalam memori auditori kita.
2.      Tahap fonetik : Bunyi-bunyi itu kemudian kita identifikasi. Dalam proses mental kita,kita lihat, misalnya apakah bunyi tersebut [+konsonantal], [+vois], [+nasal], dst. Begitu pula lingkungan bunyi itu : apakah bunyi tadi diikuti oleh vokal atau oleh konsonan. Kalau oleh vokal, vokal macam apa – vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, vokal rendah, dsb. Seandainya ujaran itu adalah Bukan nangka , maka mental kita menganalisis bunyi /b/ terlebih dahulu dan menentukan bunyi apa yang kita dengar itu dengan memperhatikan hal-hal  seperti titik artikulasi, cara artikulasi, dan fitur distingtifnya. Kemudian VOTnya juga diperhatikan karena VOT inilah yang akan menetukan kapan getaran pada pita suara itu terjadi.
         Namun demikian, sebagai pendengar kita tetap saja dapat menentukan bahwa kedua bunyi /p/ yang secara fonetik berbeda merupakan satu bunyi yang secara fonemik sama. Karena itulah maka betapa pun berbedanya lafal suatu bunyi, pendengar akan tetap menganggapnya sama apabila perbedaan itu merupakan akibat dari adanya bunyi lain yang mempengaruhinya. Dengan kata lain, alofon-alofon suatu bunyi akan tetap dianggap sebagai satu fonem yang sama.
       Persepsi terhadap suatu bunyi dalam deretan bunyi bisa pula dipengaruhi oleh kecepatan ujaran. Suatu bunyi yang diucapkan dengan bunyi-bunyi yang lain secara cepat akan sedikit banyak berubah lafalnya. Akan tetapi, sebagai pendengar kita tetap saja dapat memilah-milihnya dan akhirnya menentukannya. Pengetahuan kita sebagai penutur bahasa membantu kita dalam proses persepsi.
         Faktor lain yang membantu kita dalam mempersepsi suatu ujaran adalah pengetahuan kita tentang sintaksis maupun semantik bahasa kita. Suatu bunyi yang terucap dengan tidak jelas dapat diterka dari wujud kalimat di mana bunyi itu terdapat.
DAFTAR PERTANYAAN
1.      Faktor apa sajakah yang membantu kita dalam mempersepsi suatu ujaran? Jelaskan!
2.      Jelaskan yang dimaksud tahap auditori ujaran!

1 komentar: